Neraca Pembayaran RI Surplus US$ 11,9 Miliar di Triwulan II

Neraca Pembayaran RI Surplus US$ 11,9 Miliar di Triwulan II

- detikFinance
Selasa, 09 Agu 2011 16:32 WIB
Neraca Pembayaran RI Surplus US$ 11,9 Miliar di Triwulan II
Jakarta - Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 mencapai US$ 11,9 miliar. Surplus ini meningkat cukup tajam dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 7,7 miliar.

Demikian disampaikan Juru Bicara Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah dalam siaran persnya, Selasa (9/8/2011).

"Kenaikan ini didorong oleh lonjakan surplus transaksi modal dan finansial yang melampaui penurunan surplus transaksi berjalan," ujar Difi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejalan dengan itu, sambung Difi jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2011 meningkat menjadi US$ 119,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Transaksi berjalan masih mencatat surplus sebesar US$ 0,2 miliar yang ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas dan ekspor gas.

Namun, Difi mengatakan surplus transaksi berjalan tersebut menyusut dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,1 miliar akibat meningkatnya defisit pada neraca perdagangan minyak, neraca jasa, dan neraca pendapatan.

"Kenaikan defisit pada ketiga neraca ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang memicu kenaikan impor minyak, bertambah banyaknya penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri, dan besarnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing sejalan dengan kenaikan arus masuk investasi asing," tuturnya.

Lebih jauh Difi menjelaskan penurunan kinerja transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat signifikan menjadi sebesar US$ 12,5 miliar dari US$ 6,4 miliar pada triwulan sebelumnya.

Arus masuk investasi langsung ke Indonesia (PMA) terus meningkat sejalan dengan iklim investasi yang semakin kondusif. Arus masuk investasi portofolio juga meningkat didorong oleh masih tingginya ekses likuiditas di pasar keuangan global dan tetap menariknya imbal hasil investasi di dalam negeri.

"Selain itu, peningkatan kebutuhan pembiayaan di dalam negeri mendorong sektor swasta untuk menarik utang maupun simpanan dari luar negeri sehingga investasi lainnya mencatat surplus," pungkasnya.

(dru/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads