Ini Penyebab Kilang Pertamina Hanya Bisa Olah Kilang Mahal

Ini Penyebab Kilang Pertamina Hanya Bisa Olah Kilang Mahal

- detikFinance
Senin, 26 Jan 2015 08:42 WIB
Ini Penyebab Kilang Pertamina Hanya Bisa Olah Kilang Mahal
Foto: Reuters
Bogor - Indonesia memiliki 6 kilang minyak yang dikelola PT Pertamina (Persero). Namun sayangnya, kilang ini hanya mampu mengolah minyak yang harganya mahal jenis sweet crude. Sementara di pasar minyak, stok paling banyak tersedia adalah jenis sour crude.

Vice President Strategic Planning, Business Development, and Operation Risk Direktorat Pengolahan Pertamina Achmad Fathoni Mahmud mengakui, kilang-kilang Indonesia saat ini hanya mampu mengolah jenis minyak sweet crude.

"Pasalnya, desain awal kilang minyak Indonesia atau Pertamina dibangun berdasarkan jenis minyak yang ada di perut bumi Indonesia," kata Fathoni di acara Workshop Direktorat Pengolahan Pertamina di Sentul, Bogor, akhir pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fathoni mengatakan, kilang minyak Indonesia ada yang dibangun pada masa kolonial Belanda yaitu pada 1992 atau 1935. Saat itu, Indonesia banyak memproduksi minyak dengan jenis sweet crude dengan kadar sulfur (belerang) di bawah 1%.

"Dulu kita bahkan bisa ekspor karena produksi kita banyak sekali. Sayangnya seiring perjalanan waktu produksi minyak kita terus turun, bahkan produksi kita tinggal mengais-ngais di bebatuan. Minyak yang didapat sulfurnya juga cukup tinggi," ungkapnya.

Tidak hanya di Indonesia, jenis minyak sweet crude ini di pasar minyak Internasional makin hari makin sedikit. Tentunya membuat harganya menjadi mahal.

"Yang banyak sekarang justru jenis minyak sour crude. Jenis minyak ini asam, sulfirnya tinggi lebih dari 1-3%. Kilang kita belum dapat mengolah jenis minyak ini. Kilang yang bisa olah minyak ini kilang modern seperti di Singapura dan Amerika," jelas Fathoni.

Desain kilang milik Pertamina, lanjut Fathoni, hampir seluruhnya menggunakan bahan dasar besi. Bukan alumunium seperti di Singapura.

"Bila kilang kita dipaksakan mengolah minyak sour akan bahaya, berkarat semua. Bisa bocor di mana-mana, bahkan bisa meledak," ungkapnya.

Agar kilang minyak makin fleksibel dan bisa memproduksi minyak yang sulfurnya tinggi, saat ini Pertamina sedang mengerjakan program Refinery Development Masterplan Program (RDMP). RDMP diproyeksikan akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820.000 barel/hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat.

Fleksibilitas kilang juga meningkat, yang di antaranya ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengolah minyak mentah dengan tingkat kandungan sulfur setara 2%. Saat ini, kandungan sulfur pada minyak mentah yang dapat ditoleransi hanya 0,2%.

Dengan kompleksitas tinggi, produksi bahan bakar yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620.000 bph saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline dan diesel. Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi yang memenuhi standar Euro IV.

(rrd/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads