Perusahaan segera mengambil langkah cepat dengan memulai proses pembangunan pabrik tersebut dalam waktu dekat.
"Proses pembangunan akan dimulai pada kuartal I 2016. Kegiatan konstruksinya memakan waktu sekitar 1 tahun. 2017 selesai, awal 2018 sudah bisa berproduksi," ujar Direktur Perusahaan Suryadi di Kantornya, Jakarta, Senin (25/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sangat membantu kami karena pabrik ini selama 3 tahun pertama umumnya mengalami rugi. Sehingga dengan adanya insentif ini sangat membantu perusahaan untuk menghadapi tantangan di tahun-tahun awal," papar dia.
Bagi Indonesia, hal ini tentu punya arti yang penting karena dapat mendukung penyediaan bahan baku dari dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Pabrik ini kata dia, akan memproduksi bahan karet sintetis yang diperlukan sebagai bahan campuran pembuatan ban kendaraan bermotor. Kebutuhan karet sintetis semakin meningkat lantaran ketersediaan karet alami di dunia semakin menipis.
"Nantinya ketika ini sudah beroperasi, karen sintetis yang kita produksi bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan juga untuk ekspor," pungkas dia.
PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), Adalah pabrik karet sintetis senilai US$ 450 juta atau lebih kurang Rp 6 triliun yang berlokasi di Cilegon, Jabar.
SRI merupakan perusahaan patungan dengan menggandeng perusahaan ban asal Prancis, Compagnie Financiere Michelin (Michelin). Komposisi modal terdiri dari mencakup Michelin 55% dan PT Petrokimia Butadiene Indonesia 45%.
Synthetic Rubber Indonesia akan memproduksi polybutadiene rubber dengan neodymium catalyst dan solution styrene butadiene rubber berkapasitas 120 ribu ton. Produk ini merupakan material memproduksi ban ramah lingkungan dan seluruh bahan baku operasional pabrik berasal dari dalam negeri. (dna/hns)











































