Namun, menurut Sekretaris Jenderal Dewan Bawang Nasional, Amin Kartiawan Danova, impor meski kuantitasnya kecil memiliki efek psikologis pada anjloknya harga bawang pada tingkat petani.
"Kalau hitung-hitung, impor itu hanya 2.500 ton saja. Sementara kebutuhan konsumsi, bibit, sampai industri seharinya 3.500 ton rata-rata per hari se-Indonesia. Artinya buat kebutuhan sehari saja, dari impor itu nggak cukup," kata Amin kepada detikFinance, Senin (30/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Efek psikologis di pasar tersebut berimbas pada kepastian harga di tingkat petani. Di sisi lain, bawang bukan komoditas yang bisa disimpan lama setelah panen, sehingga petani tak punya pilihan lain selain menjual di harga murah.
"Karena pedagang memilih menunggu, terjadi banyak spekulasi. Petani pun akhirnya berspekulasi juga, daripada nggak laku lebih baik jual dengan harga seadanya (murah)," ujar Amin. (hns/hns)











































