Saat Jokowi Buka-bukaan Soal Impor Daging Kerbau Hingga Jeroan

Saat Jokowi Buka-bukaan Soal Impor Daging Kerbau Hingga Jeroan

Wahyu Daniel - detikFinance
Kamis, 14 Jul 2016 17:53 WIB
Foto: Rusman/Setpres
Jakarta - Pemberitaan soal pembukaan keran impor daging kerbau hingga jeroan oleh pemerintah tengah ramai saat ini. Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal latar belakang di balik kebijakan ini.

Jokowi mengatakan, pembukaan keran impor ini semata-mata dilakukan untuk menambah pasokan di Indonesia, dan masyarakat memiliki pilihan yang lebih banyak. Tak hanya daging kerbau dan jeroan, pemerintah juga telah membuka impor daging sapi beku.

Bila pilihan dan pasokan lebih banyak di pasaran, maka masyarakat bisa membeli daging atau jeroan yang lebih murah. Karena harga daging sapi segar saat ini masih di atas Rp 120.000/kg, karena hanya dikuasai oleh sebagian pelaku usaha saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua impor yang dilakukan ini, adalah solusi jangka pendek untuk menekan harga. Sementara jangka panjangnya adalah untuk mencapai swasembada daging.

Namun Jokowi mengatakan, swasembada daging baru bisa dicapai dalam waktu setidaknya 9 atau 10 tahun. Itu pun, harus dengan pelaksanaan yang konsisten.

"Seperti pengadaan sperma beku, dan juga harus ada 3 juta bibit sapi tiap tahun, jadi kita bisa betul-betul menyiapkan indukan-indukan untuk menuju swasembada. Jadi harus konsisten," kata Jokowi, dalam pertemuan dengan redaktur media massa di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/7/2016).

Jokowi mengatakan, dirinya merasa ada yang aneh dengan harga daging di Indonesia yang begitu mahalnya. Karena di Singapura dan Malaysia, harga daging di pasaran bisa di kisaran Rp 60.000/kg, dan untuk harga daging kerbau sekitar Rp 52.000/kg. "Negara lain bisa kenapa kita tidak?" cetus Jokowi.

Pada kesempatan itu, Jokowi didampingi oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Juru Bicara Presiden Johan Budi.

"Ini (harga mahal) karena hulu sampai hilir sudah dikuasai (oleh pihak-pihak tertentu). Termasuk aturan-aturan seperti ini, yang membuat harga daging Rp 120.000 ka atas terus. Silakan pengusaha berusaha, tapi harus fair. Keuntungan itu yang wajar," jelas Jokowi.

Aturan yang dimaksudnya adalah Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2014 serta Peraturan Menteri Keuangan (Permentan) No.58 Tahun 2014 dan Permentan No.58 Tahun 2015.

UU tersebut dimaksudkan untuk menahan impor sapi siap potong untuk membuat impor sapi bakalan lebih murah. Tujuannya agar ada nilai tambah dari impor sapi bakalan yang akan digemukkan. Namun ternyata harga sapi bakalan impor lebih mahal dari impor sapi siap potong. Kondisi ini yang membuat harga daging tinggi.

Kemudian Permentan yang melarang impor jeroan serta daging sapi beku secondary cut juga dihapus.

Jokowi mengatakan, pemerintah ingin konsumsi daging Indonesia meningkat dari sekarang 2,5 kg/kapita, jauh dibandingkan Malaysia 35 kg/kapita. "Saya minta harga daging tidak Rp 60.000/kg, tapi mintanya Rp 80.000/kg dulu," imbuh Jokowi.

Karena itu diambil langkah impor daging sapi beku, daging kerbau, hingga jeroan. Tujuan Jokowi melakukan ini adalah, agar ada kompetisi harga yang adil di pasar. Jangan sampai daging hingga jeroan dikuasai oleh pihak-pihak tertentu saja. "Jadi tidak ada monopoli dari pengusaha," ujar Jokowi.

Soal protes impor daging kerbau dari India, Jokowi mengatakan, impor daging kerbau juga dilakukan oleh Singapura dan Malaysia dengan sumber negara yang sama.

"Lalu jeroan kenapa tidak boleh masuk? Kalau alasannya higienis, jeroan sapi di dalam negeri juga asal sapinya dari Australia. Kita perlu harga daging yang murah. Sekali lagi ini semua untuk meningkatkan kompetisi," kata Jokowi.

Dia mengatakan, harga jeroan di dalam negeri saat ini tiga kali lebih mahal dari harga jeroan impor. Ini patut dicurigai adanya permainan.

Pada tempat yang sama, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, mengatakan protes impor daging beku yang dilakukan pemerintah tidak beralasan. Ribuan ton daging beku yang diimpor menjelang puasa habis semua di pasaran. "Yang beli ini masyarakat kelas menengah ke atas. Yang menghembuskan daging beku tidak sehat dan higienis itu pembodohan. Karena soal daging itu ada monopoli dari feedloter," tegas Amran. (wdl/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads