Ekonom Bank BCA David Sumual menjelaskan, dalam situasi sekarang memang investor masih dihantui kekhawatiran pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Demonstrasi belum menjadi fokus utama.
"Demo memang bukan concern utama investor sekarang, asalkan tidak berlarut terlalu lama dan menjadi gangguan keamanan serta krisis politik seperti Thailand atau Hongkong," ujarnya kepada detikFinance, Senin (14/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Investor menaruh optimisme yang besar terhadap Indonesia. Ini didukung oleh data ekonomi yang terus menunjukkan perbaikan, dari sisi pertumbuhan ekonomi, inflasi, defisit transaksi berjalan dan cadangan devisa. Apalagi program pengampunan pajak atau tax amnesty dapat dibilang sukses.
Setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, optimisme tersebut kemudian luntur. Investor mulai panik karena hasilnya di luar espektasi. Akhirnya dana kabur dari dalam negeri dan membuat IHSG dan rupiah rontok.
David meyakini bahwa masih adanya minat investor untuk meletakkan dana di dalam negeri yang didorong oleh semakin kuatnya fundamental ekonomi sekarang. Akan tetapi memang hal-hal lain, seperti demonstrasi harusnya bisa berjalan lebih kondusif.
"Bagaimanapun ini tetap dianggap risiko oleh investor, meskipun masih dianggap risiko kecil sekarang. Pemerintah diharapkan bisa menjaga situasi tetap kondusif," ujarnya.
Ekonom Kenta Institut Eric Sugandi menilai pemerintah sudah bisa mengendalikan situasi di dalam negeri menjadi lebih kondusif. Eric tidak melihat akan adanya demonstrasi yang terlalu meluas ke dalam situasi berbahaya.
"Saya melihat demo-demo ini masih terkendali, walau ada kerusuhan, sifatnya terbatas dan masih bisa dikendalikan," kata Eric dalam pesan singkatnya kepada detikFinance. (mkl/ang)











































