Banyak dari nota kesepahaman tersebut yang belum ada nilai investasinya. Ada dua yang sudah jelas nilai kerja samanya.
Pertama, kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco, BUMN Arab Saudi terkait Kilang Cilacap. Nilainya mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: RI dan Malaysia Sama-sama Dapat Rp 93 Triliun dari Raja Salman
Jika dijumlahkan maka total kerja sama yang nilainya sudah diketahui ini adalah US$ 7 miliar atau sekitar Rp 93,3 triliun. Ekonom UI, Ninasapti Triaswati, berharap semua investasi tersebut benar-benar terealisasi, tak berhenti di MoU saja.
"Uang adalah sesuatu yang sangat kita harapkan untuk pembangunan. US$ 7 miliar adalah angka yang harus kita realisasikan. Ini PR (pekerjaan rumah buat kita," kata Nina dalam diskusi di Gado-Gad0 Boplo, Jakarta, Sabtu (4/3/2017).
Kunjungan Raja Salman ini juga diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerja sama kedua negara di masa mendatang. Investasi Arab Saudi ke Indonesia yang sekarang masih minim mungkin bisa ditingkatkan lagi ke depan.
"Saya ingin sekali melihat kecepatan realisasinya, itu yang ditunggu. Kita lihat, naik enggak investasi Arab Saudi setelah ini," ucapnya.
Baca juga: Indonesia-Saudi Segera Bentuk Tim Percepat Pelaksanaan 11 MoU
Dengan kekayaan keluarga Kerajaan Arab Saudi yang amat besar, tentu potensi investasi dari negeri kaya minyak itu sangat besar.
"Jumlah kekayaan anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi jauh lebih besar dari kekayaan Bill Gates," ia mengungkapkan.
Kerja sama Indonesia dan Arab Saudi masih bisa dipererat lagi. Ada modal sosial. Ada jutaan pekerja dan mahasiswa asal Indonesia di Arab Saudi.
"Di Arab sana banyak mahasiswa Indonesia dan jutaan pekerja. Banyak juga profesional di perminyakan, telekomunikasi, ada juga domestic workers. Ini akan jadi modal untuk meningkatkan kerja sama," pungkasnya. (mca/hns)











































