Kesepakatan ini juga sekaligus menggambarkan hubungan Raja Salman dengan Presiden China Xi Jinping yang sangat dekat sebagai teman lama.
Bila ditelusuri lebih jauh, nilai kesepakatan yang dihasilkan kedua negara memang jauh lebih tinggi dibandingkan kesepakatan Arab Saudi dengan negara lain yang dikunjungi. Termasuk bagi Indonesia yang nilainya cuma US$ 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prospek China masih tetap menjanjikan meskipun sekarang perekonomiannya melambat. China digambarkan tidak butuh waktu lama untuk menjadi lokomotif ekonomi dunia.
"Ya memang China dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia," ungkap Lana kepada detikFinance, Jumat (17/3/2017).
Di samping itu, negeri tirai bambu tersebut juga besar pengaruhnya bagi harga komoditas dunia dalam satu dekade terakhir, termasuk minyak. Sementara Arab Saudi merupakan salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia.
Ini menandakan kedua negara mempererat hubungan bisnis yang bersifat saling menguntungkan. Bahkan tidak mempermasalahkan perbedaaan ideologi yang ada pada kedua negara.
"Ini adalah murni bisnis, saling menguntungkan," tegasnya.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih. Ia menganggap dalam beberapa waktu terakhir memang semua investasi di dunia menuju China.
China pada satu sisi juga mengembangkan teknologi, berubah dari industri padat karya yang berjalan sebelumnya.
"Sangat wajar dan rasional yang dilakukan Arab Saudi karena China menjadi diperhitungkan dunia. Potensi China itu sebentar lagi akan menyamai AS," paparnya kepada detikFinance.
Kerja sama ini tentunya juga akan mendorong peningkatan perdagangan antar kedua negara. Apalagi jumlah penduduk kedua negara yang cukup besar.
"Jadi akan sangat banyak benefit-nya, makanya Arab Saudi banyak kerja sama dengan China," tukasnya. (mkj/ang)











































