Melacak Fakta Perdagangan RI-AS yang Dianggap Curang Trump

Melacak Fakta Perdagangan RI-AS yang Dianggap Curang Trump

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 05 Apr 2017 19:23 WIB
Melacak Fakta Perdagangan RI-AS yang Dianggap Curang Trump
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst
Jakarta - Belakangan ini pemerintah Indonesia tengah disibukkan menanggapi executive order yang telah diterbitkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum lama ini.

Executive order atau aturan baru yang baru diterbitkan Donald Trump ini tujuannya menyelidiki negara-negara mitra dagangnya yang menyebabkan neraca perdagangan AS defisit, termasuk Indonesia.

Lantas bagaimana realisasi ekspor dan impor RI ke AS pada dua bulan pertama di 2017 ?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang didapat detikFinance, Jakarta, Rabu (5/4/2017). Neraca perdagangan khususnya ekspor dan impor antara Indonesia dengan AS pada dua bulan pertama di 2017 mengalami surplus US$ 1,673 miliar.

Baca juga: RI Bukan Negara yang Dianggap Curangi Trump

Neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika di Januari-Februari 2017 mengalami pengingkatan jika dibandingkan dengan dua bulan pertama di 2016.

Untuk ekspor baik non migas maupun migas meningkat 16,84% atau sebesar US$ 2,875 miliar jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 2,460 miliar.

Baca juga: JK: Trump Tidak Bisa Bilang Indonesia Curang

Jika dirinci, ekspor non migas pada periode Januari-Februari 2017 sebesar US$ 2,781 miliar atau naik 17,06% dari periode 2016 yang hanya sebesar US$ 2,376 miliar. Sedangkan ekspor migas naik 10,84% menjadi US$ 93,282 juta dibanding sebelumnya yang hanya US$ 84,160 juta.

Sedangkan impor, dalam data BPS juga dicatat mengalami pertumbuhan sebesar 18,68% menjadi US$ 1,202 miliar jika dibandingkan pada periode dua bulan pertama di 2016 yang hanya sebesar US$ 1,013 miliar.

Baca juga: Tanggapan Darmin Hingga Sri Mulyani Soal Sikap Dagang Trump

Berikut barang ekspor ke AS pada Januari-Februari 2017:
  • Bahan baku pakaian dan aksesoris bukan rajutan sebesar US$ 349,27 juta.
  • Karet dan turunannya US$ 324,0 juta.
  • Bahan baku pakaian dan aksesoris rajutan US$ 311,1 juta.
  • Produk hewan nabati dan turunannya US$ 214,7 juta.
  • Alas kaki dan sejenisnya US$ 203,8 juta.
  • Mesin dan peralatan listrik US$ 203,3 juta.
  • Ikan dan invertebrata lainnya US$ 168,4 juta.
  • Mebel, tempat tidur, kasur US$ 123,061 juta.
  • Reaktor nuklir, boiler US$ 103,4 juta.
  • Kopi, teh dan rempah-rempah US$ 86,2 juta.
  • Produk olahan daging, ikan, udang US$ 81,2 juta.
  • Kakao dan olahannya US$ 66,7 juta.
  • Kayu dan produk dari kayu US$ 55,4 juta.
  • Produk bunga palsu dan produk dari bulu US$ 43,5 juta.
  • Ragam produk kimia US$ 35,2 juta. Dan yang lainnya sebesar US$ 411,8 juta.
  • Karet alam tertentu US$ 155,0 juta.
  • Karet dan ban untuk kendaraan bermotor US$ 124,4 juta.
  • Printer dan mesin foto copy US$ 73,1 juta.
  • Minyak kelapa sawit murni US$ 72,9 juta.
  • Udang beku untuk konsumsi US$ 64,3 juta.
  • Minyak dan lemak kelapa USm 62,3 juta.
  • Set top box US$ 60,7 juta.
  • Mebel US$ 55,9 juta.
  • Jersey dan pakaian hangat US$ 52,9 juta.
  • Kopi arabika, robusta US$ 51,2 juta.
  • Celana wanita dari katun US$ 45,6 juta.
  • Minyak kelapa sawit US$ 43,5 juta.
  • Sepatu olah raga untuk bowling dan angkat besi US$ 42,9 juta.
  • Pakaian wanita US$ 37,7 juta, dan yang lainnya US$ 1,799 miliar.


Berikut barang impor dari AS pada Januari-Februari 2017:

  • Biji-bijian berminyak US$ 263,9 juta.
  • Mesin-mesin US$ 129,8 juta.
  • Kapas US$ 84,1 juta.
  • Ampas/ sisa industri makanan US$ 74,8 juta.
  • Bubur kayu/Pulp US$ 52,2 juta.
  • Kapal terbang dan bagiannya US$ 48,6 juta.
  • Plastik dan barang dari lastik US$ 45,9 juta.
  • Mesin/peralatan listrik US$ 42,0 juta.
  • Produk kimia US$ 41,3 juta.
  • Gandum-ganduman US$ 36,4 juta.
  • Dan lainnya US$ 383 juta
(mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads