Rhenald Kasali: Sevel Hancur Karena Aturan Pemerintah

ADVERTISEMENT

Rhenald Kasali: Sevel Hancur Karena Aturan Pemerintah

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 24 Jun 2017 16:05 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Ramainya gerai 7-eleven (Sevel) di Indonesia lantaran konsep bisnisnya yang memanjakan anak-anak muda untuk bisa berkumpul, bersosialisasi sambil jajan.

Bisnis konsep yang diterapkan PT Modern Sevel Indonesia (MSI) ini juga menjadi yang pertama diterapkan oleh riteler di Indonesia. Ritel yang sudah lebih eksis hanya sebagai toko berbelanja pada umumnya. Di mana, masyarakat berbelanja lalu kemudian keluar.

"Misalnya, Alfa sama Indomaret itukan orang datang tidak nongkrong, ambil belanja terus keluar, jadi tidak perlu tempat duduk, kalau sevel tempat anak muda nongkrong itu tempatnya sosialisasi, ada minuman, ada kopi, makanan, tapi itu semua hancur sama regulator," kata Akademisi dan Praktisi Bisnis dari Universitas Indonesia, Rhenald Kasali kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (24/6/2017).


Sevel hadir di Indonesia sejak 2009. Kala itu MSI membuka gerai pertama Sevel di Bulungan, Jakarta dengan konsep 'Food Store Destination'. Bisnis model yang diterapkan oleh Sevel ini juga membuat produk turunan menjadi yang paling laku, seperti makanan-makanan ringan, minuman, serta rokok, dan hal ini juga yang membuat sebagian minimarket sulit bersaing.

Pada 2011 lalu, memang baru 50 gerai yang tersedia, akan tetapi setahun kemudian meningkat menjadi dua kali lipat. Dua tahun kemudian, jumlah gerai sevel di Jakarta dan sekitarnya sudah mencapai 190 gerai.

Namun, setelah tidak didukung oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam mengembangkan bisnis model anak nongkrong ini membuat PT Modern International Tbk (MDRN) selaku induk usaha mengumumkan akan menutup seluruh gerai sevel di Indonesia per 30 Juni 2017.

"Minimarket itu 60% pendapatannya dari 100% dari situ kalau tempat anak muda berkumpul, tapi Sevel itu mengalami kesulitan karena birokrat dan regulator yang tidak paham tentang bisnis model. Bisnis model itukan pertarungan supermarket itu sekarang lewat bisnis model," ungkap dia.


Aturan pemerintah, menurut Rhenald mengesankan pemerintah menyelamatkan ritel-ritel yang lebih dahulu eksis. Di antaranya, ketika Sevel hadir di Indonesia, Kemendag langsung melakukan razia dengan mempertanyakan bisnis yang dijalankan ini untuk izin ritel atau restoran. Selain itu juga ada larangan penjualan alkohol pada minimarket. "Akhirnya mengesankan selalu begitu," kata Rhenald.


Rhenald mencontohkan, pemerintah juga pernah melakukan atau menyelamatkan bisnis model yang diterapkan oleh perusahaan taksi konvensional, pada saat Gojek dan Grab baru-baru beroperasi di Indonesia.

"Kita tahu waktu dulu bagaimana melindungi taksi konvensional, kesannya begitu, dan seterusnya regulator terpaku dengan apa yang tertulis di masa lalu, jadi di masa lalu definisinya ritel itu, tapi itukan berubah terus, wajah industri padahal kan berubah," tambahnya.

Agar tidak ada lagi ritel yang gulung tikar, bahkan terciptanya persaingan usaha yang sehat di sektor ritel. Rhenald meminta kepada pemerintah untuk segera menyesuaikan regulasi dengan perkembangan usaha.

(mkj/mkj)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT