Sektor Ritel Lesu, Bagaimana Dampaknya ke Bisnis Pengiriman Barang?

Sektor Ritel Lesu, Bagaimana Dampaknya ke Bisnis Pengiriman Barang?

Fadhly F Rachman - detikFinance
Selasa, 19 Sep 2017 17:56 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Sejumlah perusahaan ritel, seperti Matahari, mulai menutup sebagian tokonya. Bahkan perusahaan ritel 7-eleven (sevel) menutup seluruh tokonya di Indonesia. Banyak yang menilai hal itu diakibatkan karena daya beli masyarakat yang tengah lesu.

Lantas, apakah hal itu juga berdampak terhadap industri jasa pengiriman barang?

Direktur Komersial PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI), Rocky Nagoya, mengungkapkan bila benar daya beli masyarakat tengah mengalami kelesuan maka industri pengiriman barang pasti terkena dampaknya. Namun demikian, Rocky mengaku saat ini kondisi jasa pengiriman barang masih dalam keadaan yang baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"More or less pasti ada dampaknya kalau ada daya beli menurun. Karena kalau orang enggak ada duit, dia tidak akan membeli sesuatu. Tapi secara umum saya lihat kalau kurir masih baik-baik saja, demand masih bagus. Karena kita kurirnya, bukan pedagangnya," katanya Rocky di kawasan Jakarta, Selasa (19/9/2017).

Rocky menjelaskan, saat ini transaksi pengiriman barang masih berjalan lancar. Artinya tidak ada penurunan dari sisi permintaan. Hal itu kata Rocky, lantaran bisnis e-commerce atau toko online juga ikut menyumbang transaksi pengiriman barang.

"(Transaksk e-commerce) sekitar 30%an. Jadi bisa dibilang 70% konvensional, lalu 30%nya itu dari e-commerce. Tapi sekali lagi memang itu perlu data lebih lanjut, itu memang susah membedakan kalau dia bukan company," katanya.

Menurutnya, saat ini industri e-commerce terus mengalami perkembangan. Oleh sebab itu, industri jasa pengiriman barang tak mengalami dampak dari tutupnya sejumlah toko ritel, atau permasalahan daya beli.

"Saya perkirakan pertumbuhan e-commerce di Indonesia ini masih sangat berkembang. Jadi kita nanti tentu mentargetkan diri kita untuk menjadikan perusahaan-perusahaan ini sebagai pilihan utama di masa datang.

"Kalau daya belinya memang e-commerce ini hanya masalah supply dan demand. Jadi ketika ada supply, demand ada, itu bagus. Jadi kalau e-commerce, seperti TIKI ini kita hanya sebagai orang tengah, dimana ketika perusahaan barang ada supply kita akan kirim. Kalau daya beli turun, e-commerce lebih konsen bukan ke daya belinya. Tapi barangnya ada atau tidak," tukasnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads