Kuasai Pasar Lebih Dulu, Kok Taksi Konvensional Kalah dengan Online?

Kuasai Pasar Lebih Dulu, Kok Taksi Konvensional Kalah dengan Online?

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 05 Okt 2017 18:50 WIB
Foto: Tim Infografis, Andhika Akbarayansyah
Jakarta - Dihantam hadirnya transportasi online perusahaan pengelola taksi konvensional semakin berat. Bahkan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) mengaku telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 250 karyawannya.

Para perusahaan pengelola taksi konvensional mengeluh tak bisa bersaing dengan taksi online yang menerapkan tarif lebih murah. Sebab mereka yang basisnya merupakan perusahaan teknologi aplikasi tidak dibebani biaya lainnya seperti perawatan armada kendaraan.

Namun menurut Pengamat Transportasi Azas Tigor seharusnya hal itu bukan menjadi alasan. Perusahaan taksi konvensional sudah hadir lebih dulu dan menguasai pasar, seharusnya mereka tidak mudah dihantam pemain baru seperti taksi online.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau pemilihan pimpinan kan yang incumben harusnya lebih kuat karena sudah berpengalaman. Ini mereka sudah kuasai pasar duluan, tapi kok bisa terguling," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (5/10/2017).

Menurut Azas, hal itu karena para perusahaan taksi konvensional sudah terbiasa dimanjakan dengan proteksi dan subsidi dari pemerintah. Sehingga sulit ketika menemukan pesaing baru.

"Merekan mengandalkan proteksi dan subsidi, misalnya pajak dikurangi, kalau proteksi minta dilindung. Saya enggak tahu apa ini PHK hanya ngeluh supaya dapat proteksi lagi?," imbuhnya.

Dia juga memandang pola manajemen bisnis taksi konvensional terlalu boros. Dengan mengandalkan jumlah armada yang banyak beban operasional semakin tinggi. Ada biaya-biaya seperti kredit pembelian kendaraan hingga biaya perawatan kendaraan.

Selain itu kesejahteraan para supir taksi konvensional juga masih rendah. Hal itu membuat para supir juga tergiur mendengar pendapatan taksi online jauh lebih besar.

"Mereka digaji. Apakah supir taksi sudah sejahtera? Padahal yang banting tulang supir," tambahnya.

Dengan terbiasa boros, minim inovasi dan terbiasa dimanjakan pemerintah dengan proteksi dan subsidi membuat perusahaan taksi konvensional sulit bersaing dengan taksi online.

"Jadi begitu ada persaingan baru kaget mereka, enggak bisa mereka. Apalagi pesaingnya terbuka, masyarakat bisa melihat," tandasnya. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads