Ya, begitulah proses pembuatan ikan asin. Berbagai jenis ikan, seperti teri, layur, dan lainnya dikeringkan dengan bantuan panas matahari.
Akhir-akhir ini produksi ikan asin mengalami penurunan. Musim hujan membuat proses pengeringan ikan menjadi terhambat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produksi Ikan Asin di Cirebon Foto: Soedirman Wamad |
Sejak pagi buta, mendung mampir di Desa Mertasinga. Tarsuki pun terpaksa memulai proses pengeringan sekitar pukul 11.00 WIB, menunggu mendung hilang. Biasanya, proses penjemuran sudah dimulai sejak pukul 07.00 WIB.
"Kalau tak mendung pagi-pagi sudah dijemur. Ini baru mulai, soalnya panas baru muncul. Tadi kan mendung, khawatir hujan. Nanti basah lagi ikannya," kata Tarsuki saat ditemui detikcom di tempat produksi ikan asin miliknya.
Menurut Tarsuki, proses pengeringan ikan asin memakan waktu selama satu hari jika cuaca normal.
"Sekarang sih sering hujan, kadang tiga hari keringnya. Saya kerja sendirian, istri jualan. Jadi, kudu siaga terus. Takut hujan," kata Tarsuki seraya menjemur ikan asin.
Selain kesulitan menjemur ikan asin olahannya, Tarsuki juga mengaku kesulitan mendapatkan ikan dari nelayan. Pasalnya, banyak nelayan di Cirebon yang enggan melaut karena cuaca buruk.
"Nyari ikannya susah. Harganya juga naik, ya karena ikannya lagi sedikit. Saya beli ikan yang basah ini ada yang Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per kilogramnya," katanya.
Produksi Ikan Asin di Cirebon Foto: Soedirman Wamad |
Kondisi tersebut membuat Tarsuki menaikkan harga ikan asin olahannya. Di pasaran, harga ikan asin kini tembus hingga Rp 15.000 hingga Rp 30.000 per kilogramnya, tergantung jenis ikan dan tingkat ke asinan ikan. Dikatakan Tarsuki, makin asin rasa ikannya, makin murah harganya.
"Kalau ikan asin saya sih yang kualitasnya tidak terlalu asin, harganya Rp 30.000 per kilogram. Yang asin lebih murah, karena beratnya masih bercampur garam," ucapnya.
Kendati cuaca tak mendukung untuk memproduksi ikan asin, Tarsuki tetap sabar menunggu ikan asin miliknya kering. Ia tak ingin mengambil resiko dengan memaksa menjual ikan asin yang keringnya belum sempurna.
"Kalau masih belum kering terus kita jual itu nanti banyak lalat sama ulatnya. Mending nunggu sampai kering," ucapnya.
Sebagian masyarakat Desa Mertasinga Blok Jenawi menggantungkan hidupnya pada ikan asin. Empat tahun sudah Tarsuki mengolah ikan asin.
"Kalau di sini ada belasan, sebelas rumah produksi ada di sini. Termasuk punya kakak saya. Kalau saya mah nerusin punya orang tua," katanya.
Produksi Ikan Asin di Cirebon Foto: Soedirman Wamad |
Tak jauh dari lokasi tempat produksi ikan asin milik Tarsuki, Runesih (49) mondar-mandir menjemur ikan asin. Runesih dibantu suaminya, Jaenudin (50). Berbeda dengan Tarsuki, jumlah ikan asin yang diproduksi Runesih lebih banyak dibandingkan dengan Tarsuki.
Tahun ini, merupakan tahun ke delapan Runesih berkecimpung dalam bisnis ikan asin. Produksi ikan asin Runesih mengalami penurunan sejak musim hujan.
"Sekarang lagi kesulitan nyari ikan basah. Otomatis, harga ikan asin naik. Jemur ikannya saja butuh waktu lama, kadang dua hari, kadang juga sampai tiga hari," katanya.
Menurut Runesih, saat ini yang paling mahal di antara jenis ikan asin adalah ikan teri. Runesih menjual ikan teri kering dengan harga Rp 70.000 kilogramnya.
"Bahannya lagi sulit, di pasaran mungkin sampai Rp 80.000 per kilogramnya," ucapnya.
Saat ini produksi ikan asin Runesih sedang merosot. Bahkan tak sampai menembus 10 kilogram. "Cuma tiga kilogram. Kalau bukan musim hujan sih bisa tembus sampai enam kuintal," tutupnya. (eds/eds)












































Produksi Ikan Asin di Cirebon Foto: Soedirman Wamad
Produksi Ikan Asin di Cirebon Foto: Soedirman Wamad
Produksi Ikan Asin di Cirebon Foto: Soedirman Wamad