Apalagi, pemerintah juga memberikan sinyal akan mengkaji ulang proyek infrastruktur yang punya banyak kandungan bahan baku impor dan pembangunannya tidak mendesak.
Meski begitu menurut Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali, kebijakan itu tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif terhadap pelaku usaha. Ada beberapa sektor yang mungkin lebih baik dengan kebijakan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Emiten karya dan infrastruktur seperti tol tentunya ada sentimen positif karena dengan menggunakan substitusi bisa saja ongkos lebih rendah," terangnya kepada detikFinance, Jumat (24/8/2018).
Selain itu perusahaan-perusahan produsen baja dinilai juga akan meraup untung jika baja masuk dalam komoditas yang dibatasi impornya. Dalam hal emiten pasar modal, menurut Frederik yang akan diuntungkan adalah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)
"Namun hal ini masih sangat spekulatif karena belum ada kepastian bagaimana pelaksanaan pembatasan 500 komoditas tersebut," terangnya.
Namun menurut Frederik pemerintah harus cepat memutuskan apa-apa saja komoditas yang akan disetop impornya secara detil. Sebab para perusahaan membutuhkan waktu untuk mencari substitusi komoditas yang setop itu.
Jika pemerintah tidak cepat maka akan berpotensi terhadap penundaan produksi ataupun proyek infrastruktur yang di jalankan. Hal itu tentu berdampak buruk bagi proyek-proyek yang menggunakan pendanaan pinjaman, sebab perusahaan tetap harus membayar beban bunga.
"Proyek infrastruktur bisa saja off the schedule, sedangkan beban bunga akan terus jalan. Hal ini akan menjadi mismatch cashflow antara turnkey proyek infrastruktur dan pembayaran bunga, hal ini kurang baik tentunya," tambahnya.
Saksikan juga video 'Beragam Komoditas Alami Inflasi di Bulan Mei Sebesar 0.21%':
(das/fdl)











































