Besar kecilnya omzet bisnis parkir bulanan tergantung besarnya lahan. Rusli bercerita di tempat parkir yang dia jaga mampu menampung 16 mobil. Sementara, biaya parkir per bulannya Rp 500 ribu. Dengan hitungan kasar, maka tiap bulannya omzet yang dihasilkan mencapai Rp 8 juta per bulan.
"Tinggal kali 16 kali Rp 500 ribu," katanya.
Artinya lagi, jika omzet itu dihitung tahunan, maka mencapai Rp 96 juta. Berdasarkan informasi yang diterima Rusli, tempat parkir yang ia jaga bukanlah modal sendiri. Bisnis itu dibangun melalui kerja sama pemilik modal dan pemilik lahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerja sama itu menerapkan sistem bagi hasil. Kerja sama itu bisa berakhir jika pemilik lahan atau rumah melepas lahannya untuk dijual.
"Tadinya rumah tua, misal ada modal, yang punya rumah tanah nggak mau ngurusin (rumah tua). 'Pak saya rubuhin cuma (modal) Rp 20 juta'," ujarnya.
Di tempat Rusli, biaya parkir per bulan dibandrol dengan harga Rp 500 ribu per mobil. Dari sewa itu, pemilik modal biasanya menerima Rp 200 ribu, sementara Rp 300 ribu untuk pemilik lahan.
Sebanyak Rp 200 ribu yang diterima pemilik modal, biasanya juga sebanyak Rp 50 ribu diserahkan ke penjaga sebagai ongkos kerja.
"Kita kasih gocap-gocap (Rp 50 ribu), yang punya lahan Rp 300 ribu," imbuhnya.
Baca juga: Jakarta Sudah Punya Aturan Soal Garasi Mobil |
Rusli mengatakan, dalam kerja sama itu biasanya akan berlangsung hingga tanahnya dijual, dan modal dari penyandang dana kembali.
"Kalau tanah laku ada perjanjian begini, kalau sebelum Rp 20 juta balik, bingung," imbuhnya.
Bisnis parkir bisa saja dengan modal sendiri. Tetapi, modal yang dikeluarkan akan sangat besar lantaran harga tanahnya sudah tinggi. Di tempatnya saja, Kemanggisan Raya harga tanah per m2 sudah mencapai Rp 20 juta per m2. Sementara, luas lahan parkir yang ia urus sebesar Rp 600 m2.
"Semuanya 600 m2 kalau digabung, per m2 Rp 20 juta," tutupnya.
Simak Video "Heboh Jalan Umum Disulap Garasi Mobil Rangka Besi, Bagaimana Aturannya?"
[Gambas:Video 20detik]
(ang/ang)