Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik Rachbini menilai meningkatnya utang pemerintah kurang efektif untuk mendorong aktivitas ekonomi.
Didik menjelaskan selama beberapa tahun terakhir pemerintah mengklaim meningkatnya jumlah utang untuk membangun infrastruktur. Namun yang tercermin justru belanja modal mengalami penurunan.
"Beberapa tahun terakhir peningkatan utang diklaim dalam rangka pembangunan infrastruktur. Namun belanja modal relatif menurun proporsinya," kata dia dikutip Jumat (6/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan bahan paparan Didik, belanja modal sebesar Rp 169,474 triliun di 2016, naik jadi Rp 208,656 triliun di 2017, dan turun jadi Rp 184,127 triliun di 2018, kemudian turun jadi Rp 177,841 triliun di 2019 dan turun lagi jadi Rp 137,383 triliun dalam outlook 2020.
"Di samping itu, belanja bantuan sosial juga ikut meningkat," sebutnya.
Berdasarkan paparan data dari Didik, tren belanja bansos memang terus meningkat, dari Rp 49,613 triliun di 2016 menjadi Rp 112,480 triliun di 2019, dan Rp 174,517 pada outlook 2020.
Didik juga berpendapat meningkatnya utang pemerintah tidak berimbang dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
"Peningkatan utang, tidak diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengindikasikan efektivitas utang dalam mendorong aktivitas ekonomi masih rendah," tambahnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.