RI-China Sehati soal Urusan Dagang, Ini Buktinya

RI-China Sehati soal Urusan Dagang, Ini Buktinya

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 16 Des 2020 07:15 WIB
Neraca perdagangan pada Oktober 2017 tercatat surplus US$ 900 juta, dengan raihan ekspor US$ 15,09 miliar dan impor US$ 14,19 miliar.
Foto: Agung Pambudhy

Dengan peningkatan dan penurunan kinerja ekspor tersebut, maka pangsa ekspor non migas nasional masih tidak berubah, dikatakan Suhariyanto posisi pertama masih diduduki oleh China dengan share 22,87% atau setara US$ 3,32 miliar. Selanjutnya disusul oleh Amerika Serikat (AS) share-nya sebesar 11,06%, lalu Jepang sebesar 8,18%, dan India sebesar 6,64%.

Sementara untuk negara ASEAN share-nya sebesar 20,86% atau setara US$ 3,03 miliar dan Uni Eropa share-nya sebesar 7,62% atau setara US$ 1,11 miliar.

Sedangkan untuk kinerja impor, BPS mencatat terjadi peningkatan nilai impor dari negeri Tirai Bambu sebesar US$ 1,09 miliar disusul oleh Jepang sebesar US$ 226 juta, Hong Kong sebesar US$ 124,6 juta, Kanada sebesar US$ 92,7 juta, dan Taiwan sebesar US$ 84,9 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara nilai impor Indonesia yang mengalami penurunan sangat dalam, dikatakan Suhariyanto adalah ke Ukraina yaitu sebesar US$ 76,9 juta, lalu Singapura sebesar US$ 65,7 juta, Malaysia sebesar US$ 49,4 juta, Hungaria sebesar US$ 49 juta, dan Uni Emirat Arab sebesar US$ 27,4 juta.

"Tetapi berdasarkan negara asal tidak berubah, impor utama kita masih dari Tiongkok sebesar US$ 3,89 miliar, artinya kontribusinya 33,61%, berikutnya dari Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dan Korea Selatan," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Kalau dari ASEAN sebesar 16,48% atau US$ 1,91 miliar, dan Uni Eropa 7,67% atau US$ 0,89 miliar," tambahnya.

BPS mencatat neraca dagang Indonesia surplus US$ 2,61 miliar pada November 2020. Surplus dikarenakan nilai ekspor lebih besar daripada impor. Adapun nilai ekspor tercatat US$ 15,28 miliar dan nilai impor sebesar US$ 12,66 miliar.


(hek/fdl)

Hide Ads