Para taipan dan keluarga konglomerat di Asia Tenggara beberapa waktu terakhir terus meningkatkan investasinya di perusahaan rintisan (startup) teknologi. Mereka berupaya ikut dalam gelombang valuasi startup yang terus meningkat, ketika bisnis mereka tengah dihantam pandemi, mulai dari ritel, perhotelan hingga manufaktur.
Pengusaha besar, mulai dari Dhanin Chearavanont (Thailand) hingga Lance Gokongwei dari Filipina sedang menanamkan jutaan dolar langsung ke perusahaan digital atau melalui dana modal ventura. Terkadang mereka juga bermitra dengan perusahaan modal ventura di Silicon Valley.
Tren peralihan uang para taipan ke startup ini membuka jalan bagi aliran modal baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aliran uang dari keluarga kaya raya di Asia Tenggara telah menjadi sangat hidup dengan adanya investasi teknologi karena keberhasilan startup baru-baru ini," kata Vishal Harnal, mitra pengelola 500 Startups Asia Tenggara dilansir dari Bloomberg, Senin (18/10/2021).
Baca juga: Bagaimana Sikap RI soal Pandora Papers? |
Para konglomerat dalam beberapa dekade terakhir memang telah membantu dalam menggerakan ekonomi di Asia Tenggara. Namun saat pandemi COVID-19 mereka juga terkena dampaknya. Asian Development Bank (ADB) sendiri memangkas prospek pertumbuhan di kawasan ini untuk 2021 menjadi 3,1%.
Meskipun pandemi telah menghancurkan sektor pariwisata dan ritel di Asia Tenggara, kawasan ini adalah rumah bagi beberapa pasar internet yang tumbuh paling cepat. Hal itulah yang menjadi pupuk bagi pertumbuhan startup teknologi di kawasan ini.
Menurut data Cento Ventures, ada rekor baru di semester I-2021 dengan adanya 393 kesepakatan investasi baru di startup yang tersebar di seluruh Asia Tenggara dengan nilai US$ 4,4 miliar.
Dari aliran dana sebesar itu yang paling banyak melakukan suntikan modal adalah Charoen Pokphand Group Co., kerajaan bisnis asal Thailand yang berusia 100 tahun. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis pertanian, pangan hingga ritel dan telekomunikasi. Pimpinan kerajaan bisnis itu adalah Dhanin.