.webp)
Sebagai Presidensi G20 Indonesia diharapkan bisa mengambil peran terkait konflik antara Rusia dan Ukraina yang turut menyeret Amerika Serikat (AS) dan NATO.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan topik yang dibahas di G20 adalah terkait pemulihan ekonomi bersama dan lebih kuat tiap negara anggota G20.
"Karena itu, apabila terjadi konflik antara negara G20, yaitu AS dan Rusia, tentu ini tidak diharapkan. Indonesia sebagai Presidensi G20 harusnya bisa membawa pemimpin AS dan Rusia atau pun pemimpin negara-negara di Eropa dalam satu meja," jelasnya, kepada detikcom, Kamis (24/02/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bhima menambahkan, Indonesia bisa berperan sebagai mediator konflik. Sehingga dalam pertemuan G20 dibahas resolusi konflik untuk permasalahan di Ukraina yang melibatkan Rusia, AS dan negara anggota G20 lainnya.
"Dengan begitu Indonesia bakal tercatat dalam sejarah berhasil menyelesaikan atau meredakan konflik antara Rusia dan negara Barat," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan masalah konflik yang terjadi di Ukraina adalah masalah politik, bukan masalah ekonomi sehingga tidak bisa dibawa di G20.
"Tidak bisa, ya, kita presidensi untuk urusan ekoonomi, sedangkan konflik ini urusan politik. Beda ruang," ujar Pitter.
Tapi, apabila Indonesia ingin turut membantu, menurut Piter, posisi Indonesia sebaiknya sebagai negara independen yang memang sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang politik Indonesia, yakni bebas aktif.
Simak Video 'Tegas! Indonesia Minta Rusia Hormati Kedaulatan Ukraina':
