Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) sempat menyebut pihaknya akan mendorong subsidi kedelai hingga Rp 3.000/kg untuk para perajin tahu dan tempe. Namun ternyata kebijakan ini sepertinya belum dapat terwujud dalam waktu dekat.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bappanas) Arief Prasetyo mengatakan, dirinya belum bisa memastikan mengenai wacana tersebut. Namun, dia meyakinkan para perajin tempe dan tahu tidak perlu khawatir karena subsidi Rp 1.000 per kg akan terus digelontorkan.
"Perajin tahu tempe memang ada usulan dari mereka untuk memberikan subsidinya dari Rp 1.000 ke 3.000, tapi ini kita sampaikan sabar dulu lah, tapi tetap kita sampaikan subsidi Rp 1.000 itu. Tentunya ini akan dikawal ketat oleh Kemenkop UKM," jelasnya, saat ditemui didi Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin (7/11/2022).
Pihaknya telah menyiapkan stok 200 ribu ton kedelai. Dengan demikian masyarakat tidak perlu khawatir, apalagi melihat Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyebut angka kebutuhannya 20 ribu ton per bulan.
"Artinya nggak usah khawatir, perajin tahu tempe tetap mendapatkan subsidi sampai akhir tahun, 31 Desember," lanjutnya.
Hingga akhir tahun, ia menyebut, total realisasi kedelai mencapai 2,5-3 juta ton dengan realisasi impor sudah 700 ribu ton. Ia menyatakan stok kedelai aman.
"Untuk stok masih aman. Karena perintah presiden semua produk pangan, neraca pangan kita monitor. Jadi kalau sekarang cari tempe insyaallah ada, beras juga insyaallah ada. Bawang merah, bawang putih ada, cuma yang harus dikontrol adalah harganya," jelasnya.
Selaras dengan Arief, Zulhas mengutarakan, langkah Bulog dalam melakukan impor kedelai sebanyak 350 juta ton membuat pemerintah belum dapat menaikkan subsidi ke angka Rp 3.000.
"Yang sudah pesan (kedelai) itu kan Bulog. Saya rasa tinggal tunggu sebentar lagi saja. Sementara ini subsidinya Rp 1.000. Tadinya kalau Bulog nggak impor bisa dinaikkan (Rp 3.000). Tapi kalau boleh impor kan, sudah Bulog langsung subsidinya," kata Zulhas di Pasar Induk Beras Cipinang.
(ara/ara)