Cara Hamas Dapat Modal buat Perang: Sumbangan hingga Kripto

Cara Hamas Dapat Modal buat Perang: Sumbangan hingga Kripto

Samuel Gading - detikFinance
Selasa, 17 Okt 2023 15:30 WIB
Masked militant from the Izzedine al-Qassam Brigades, the military wing of Hamas, waves the green flag of the Islamist group during a protest in support of Palestinian prisoners in Israeli jails, after Friday prayer in Nusseirat refugee camp, central Gaza Strip, Friday, Aug. 18, 2023. A thousand prisoners in Israeli jails started a mass hunger strike Friday in protest over harsh new Israeli prison measures. (AP Photo/Adel Hana)
Potret Brigade Al Qassam, Pasukan Khusus Hamas yang Tembus Israel. (Foto: AP/Adel Hana)
Jakarta -

Kerasnya resistensi gerakan nasionalis dan Islam asal Palestina yakni Hamas terhadap Israel menimbulkan pertanyaan publik. Bagaimana cara Hamas memperoleh dana? Berapa jumlah pendanaan yang mereka miliki sehingga bisa bertempur begitu lama? Jawaban atas hal tersebut pun terungkap berdasarkan analisis sejumlah pengamat internasional.

Hamas ternyata menggunakan jaringan finansial global untuk mendukung operasi militernya di Jalur Gaza. Berbagai bantuan keuangan datang dari donor dan negara-negara tetangga yang bersimpati terhadap Hamas. Menurut analisa sejumlah ahli dan pejabat publik, Hamas menyeludupkan uang tunai di terowongan Gaza serta memanfaatkan mata uang kripto untuk menembus sanksi dari berbagai negara.

Dilansir dari Reuters, Pada minggu ketiga Oktober 2023, Kepolisian Israel dikabarkan membekukan sebuah rekening bank multinasional asal Inggris, Barclays, serta sejumlah rekening mata uang kripto. Otoritas Israel menyebut berbagai rekening itu diduga terhubung dengan Hamas dan digunakan organisasi tersebut untuk mengumpulkan dana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Langkah Kepolisian Israel (yang membekukan rekening) menjadi sedikit gambaran dari kompleksnya jaringan keuangan Hamas untuk terus mengobarkan perlawanan di Jalur Gaza sejak 2007. Dana tersebut ada yang resmi, ada juga yang tersembunyi," tulis Reuters.

Hamas Disebut Punya Dana Rp 4,7 T?

Ahli Kontra Terorisme asal Amerika Serikat (AS), Matthew Levitt, mengestimasi Hamas memiliki dana setidaknya US$ 300 juta atau Rp 4,7 triliun (Kurs Rp 15.724), yang diperoleh dari pajak usaha, pengumpulan dana, serta bantuan sejumlah negara tetangga seperti Iran dan Qatar.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan catatan Reuters, pada Februari lalu, Departemen Luar Negeri AS bahkan mengatakan Hamas mengumpulkan dana dari negara-negara Arab, sekaligus memperoleh donasi dari warga Palestina yang tinggal di luar negeri dan membuka donasi lewat badan amal mereka.

Namun, Reuters tidak dapat menghubungi Hamas untuk dimintai komentar soal kabar tersebut. Tapi Hamas pernah menyatakan bahwa sejumlah donornya sempat dilarang mengirimkan uang. Hamas menilai hal ini adalah bagian dari upaya Israel untuk menetralisir gerakan organisasi tersebut untuk melakukan perlawanan yang sah.

"Hamas, yang sudah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS dan negara lain seperti Inggris, akhir-akhir ini semakin sering menggunakan mata uang kripto, kartu kredit, dan kesepakatan perdagangan yang dibuat-buat untuk menghindari sanksi internasional," ucap Matthew dilansir dari Reuters, Jumat (13/10/2023).

Maksimalkan Mata Uang Kripto

Co-Founder Elliptic, Tom Robinson, pun mengatakan bahwa Hamas adalah salah satu kelompok terorisme di dunia yang sukses memanfaatkan mata uang kripto. Hal ini disimpulkan oleh Tom sebab pada awal pekan ini, lembaga riset kripto, TRM Labs, mengatakan bahwa pengumpulan dana untuk Hamas lewat kripto semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir.

"Setelah Mei 2021, kami menemukan bahwa sejumlah rekening kripto yang terafiliasi dengan Hamas memperoleh lebih dari US$ 400.000," tulis TRM Labs. Sejumlah ini berarti sekitar Rp 6,2 miliar (Kurs Rp 15.724).

Kendati demikian pada awal 2023, Hamas disebut bakal perlahan menghentikan penggunaan mata uang kripto. Sistem buku besar dalam cryptocurrency dapat membuat transaksi yang dilakukan organisasi itu terlacak. Sejak konflik Hamas-Israel pecah pada Sabtu, 7 Oktober 2023, TRM Labs pun mencatat, berbagai rekening kripto yang diduga terafiliasi dengan Hamas mulai jarang menerima dana.

"Salah satu kemungkinan alasan rendahnya jumlah donasi adalah karena Israel langsung menarget mereka (para pemilik rekening)," tulis TRM Labs.

Informasi ini pun berkelindan dengan kabar bahwa sejak Desember 2021 dan April 2023, Israel sudah membekukan sekitar 190 rekening kripto yang disebut otoritas Israel berafiliasi dengan Hamas.

Gunakan Kapal dan Perusahaan Cangkang

Selain kripto, Hamas diduga menggunakan cara lain untuk menggerakan dana yakni dengan kapal dan perusahaan cangkang. Departemen Luar Negeri AS mengatakan, bahwa Iran menggelontorkan setidaknya US$ 100 miliar atau Rp 1,5 T (Kurs Rp 15.724) secara berkala untuk mendukung berbagai kelompok di Palestina, termasuk Hamas.

'Dana tersebut digerakkan dengan menyeludupkan uang lewat perusahaan cangkang, transaksi kapal, dan batuan berharga," tulis Reuters.

Israel pun sudah lama menuduh petinggi Iran memasok senjata ke Hamas. Apalagi, negara itu tidak mengakui Israel sejak berdiri pada 1979. Namun hingga berita ini diturunkan, pejabat Iran tidak merespon permohonan komentar yang dilayangkan Reuters terkait kabar tersebut.

Pada 2022, Hamas disebut telah mendirikan jaringan perusahaan rahasia yang memiliki nilai investasi setidaknya US$ 500 juta atau Rp 7,8 T (Kurs Rp 15.724). Sejumlah tersebut disebut AS diperoleh dari Turki hingga arab Saudi. Berbagai firma tersebut pun telah menerima sanksi dari Departemen Keuangan AS pada Mei 2022.

Qatar juga telah mengucurkan ratusan juta dolar ke Gaza sejak 2014. Pada satu titik, Reuters bahkan menyebut negara yang kaya akan minyak dan gas itu pernah mengeluarkan dana US$ 30 juta atau sekitar Rp 400 miliar (Kurs Rp 15.724) untuk mengoperasikan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza. Hal tersebut dilakukan guna menghidupi sejumlah keluarga dan membantu pegawai negeri di pemerintahan yang dikelola Hamas.

"Qatar memberi sebanyak US$ 100 dolar kepada keluarga-keluarga termiskin di Palestina dan memperpanjang masa pakai listrik selama satu hari di Gaza," kata seorang pejabat Qatar yang tidak disebutkan namanya kepada Reuters. Pejabat itu pun menjelaskan, bahwa bantuan tersebut telah berhasil menjaga stabilitas dan kualitas hidup warga Palestina.

Sebagai informasi, Qatar selama ini diketahui menerapkan kebijakan luar negeri yang ketat. Sebagai tuan rumah bagi pangkalan militer AS terbesar di kawasan itu, Qatar sering menjadi penengah bagi Taliban dan kelompok-kelompok lain yang berkonflik di Timur Tengah.

(das/das)

Hide Ads