Tips ketiga adalah asuransi. Ia mengakui hal ini terkadang menjadi momok karena masyarakat banyak yang skeptis terhadap asuransi. Namun, Lolita mengatakan asuransi yang dimaksud bukan yang bersifat investasi, tapi yang bisa dipakai buat menjaga risiko usaha maupun pribadi. Jika sudah memiliki anggaran lebih, pelaku UMKM bisa mendaftar asuransi kerugian untuk tempat usaha.
Tips keempat adalah disiplin mencatat laporan keuangan. Ia melihat masih banyak pelaku UMKM yang belum melakukan hal ini, padahal ini diperlukan untuk memantau kinerja usaha. Pencatatan bisa dimulai dengan menuliskan laporan penjualan, laporan pembelian, laba, sampai rugi.
Ketika semua sudah hal ini dilakukan, pelaku UMKM juga bisa membuat neraca akuntansi bisnis untuk melihat posisi keuangan perusahaan. Selain itu, laporan keuangan pun berfungsi untuk mencegah fraud atau penggelapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya ada karyawan yang ambil dana, itu bisa terdeteksi. Termasuk stok barang juga, stoknya berkurang tapi tidak sepadan omzet, ini bisa dicek dan dilihat bukti-buktinya. Nanti ketahuan siapa yang melakukan fraud," jelasnya.
Adapun tips terakhir adalah soal permodalan. Saat ini, ia menjelaskan ada beberapa alternatif modal yang bisa dipakai pengusaha untuk menjalankan bisnis, di antaranya uang pribadi, kolaborasi dengan investor, bank, maupun fintech P2P lending atau pinjaman online.
Khusus poin terakhir, ia menjelaskan tidak semua pelaku UMKM mempunyai kemampuan untuk mengambil pinjaman di bank. Fintech P2P lending bisa menjadi solusi sebab syarat pinjaman di aplikasi tersebut tidak sesulit di bank. Namun, ia menghimbau agar memastikan bahwa Fintech P2P bukan pinjaman online ilegal tapi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
"Pinjaman di Fintech P2P bisa dilakukan sebagai pinjaman produktif untuk memutar modal, bukan untuk pinjaman konsumtif. Laporan keuangan yang rapi pun menjadi kunci agar UMKM bisa memudahkan mendapatkan tambahan modal," pungkasnya.
(ara/ara)