Sorong -
Tidak mudah untuk mendapatkan layanan kesehatan di Distrik Seget. Distrik tersebut masuk ke dalam administrasi Kota Sorong, Papua Barat Daya. Posisi Seget yang cukup terpencil di pesisir barat daya Sorong membuat layanan kesehatan bagi distrik dengan jumlah penduduk 4.282 orang ini menjadi masalah.
Layanan kesehatan yang bisa didapatkan dengan mudah oleh warga Seget satu-satunya hanya lah sebuah puskesmas yang layanannya pun tidak terlalu lengkap. Bila mau benar-benar berobat dengan layanan yang lengkap, warga terpaksa harus melakukan perjalan ke Sorong sebagai kota besar terdekat yang bisa dituju.
Tentu saja, perjalanan menuju Sorong dari Seget tidak mudah. Akses yang sulit, waktu tempuh yang lama, hingga biaya transportasi yang mahal menjadi masalah utama penduduk yang letak kampungnya di pesisir pantai itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom berkesempatan untuk mengunjungi distrik tersebut beberapa hari lalu. Di sana masyarakat memang mengeluhkan sulitnya layanan kesehatan, Lusia misalnya, dia mengatakan untuk pergi ke Sorong keluarganya harus menyiapkan uang setidaknya Rp 1 juta hanya untuk transportasi pulang pergi.
Bukan cuma mahal waktu tempuhnya juga sangat lama sekali. Padahal Lusia dan suaminya sama-sama memiliki riwayat penyakit asam lambung yang cukup akut dan butuh perhatian medis yang besar.
"Ibu pernah berobat ke Sorong, Ibu butuh Rp 1 juta untuk naik taksi ke Sorong untuk berobat. Di jalan bisa 3-4 jam begitu, lama sekali, bisa satu hari saja untuk berobat," sebut Lusia ketika ditemui detikcom.
Malah Lusia bilang selama ini medan yang ditempuh untuk menuju Sorong melalui jalur darat sangat tidak layak. Belum ada jalan beton ataupun jalan beraspal dari Seget ke Sorong. Adapun bila dilihat dari GoogleMaps, setidaknya jarak perjalanan darat dari Seget ke Sorong sekitar 97 kilometer.
Yang jadi masalah bila hujan sudah turun, Lusia bilang jalan itu sama sekali tidak bisa dilewati. Alhasil perjalanan Seget ke Sorong pun terpaksa terputus. Sementara untuk jalur laut, sejauh ini belum banyak kapal yang tersedia, kalaupun ada warga harus menyewa dengan harga mahal.
"Ibu harus naik taksi itu jalannya tidak baik, belum ada jalan macam aspal, ini kan jalan perusahaan. Kami kalau sudah hujan tidak bisa lewat sudah," cerita Lusia.
Rumah Sakit Terapung PIS dan DoctorShare Foto: Dok. Pertamina International Shipping (PIS) |
Musa, penduduk Seget lainnya, juga punya keluhan yang tak jauh berbeda. Akses kesehatan yang sulit membuat penyakitnya menjadi-jadi. Musa punya keluhan gatal-gatal di bagian kakinya, kini gatal-gatal di kaki itu telah berubah menjadi luka yang cukup besar di pergelangan kakinya.
Dia bilang dirinya pernah berobat ke Sorong dan mendapatkan obat pada masalah di kakinya, namun karena obat itu tidak rutin diberikan, kakinya terus gatal dan menimbulkan luka. Katanya, untuk membeli obat di Sorong harganya mahal, ongkosnya juga mahal.
"Gatal di kaki saya ini, sekarang jadi luka begitu. Saya pernah berobat di rumah sakit ke Sorong, tapi mahal sekali, obatnya pun harus bayar Rp 400 ribu. Saya diberi salep di Sorong, sempat berkurang begitu, tapi ini gatal lagi," kata Musa ketika diajak berbincang-bincang.
Di tengah keluhan warga Seget soal layanan kesehatan, titik terang muncul. Rumah Sakit Apung (RSA) Nusa Waluya II mulai bersandar di dermaga distrik Seget dalam beberapa waktu ke depan.
Masih ada informasi menarik di halaman selanjutnya. Langsung klik
Rumah sakit ini dikelola oleh Yayasan Dokter Peduli (doctorSHARE) yang bekerja sama dengan Pertamina International Shipping (PIS) dan akan memberikan layanan kesehatan lengkap selama 24 jam bagi warga Seget.
Managing Director Yayasan Dokter Peduli Tutuk Utomo Nuradhy menjelaskan pihaknya memilih Distrik Seget sebagai tempat bersandar karena wilayah tersebut cukup terisolasi secara geografis.
Menurutnya, selama ini pun layanan rumah sakit apung yang dikelola doctorSHARE dihadirkan hanya kepada suatu komunitas atau wilayah yang sangat membutuhkan. Dia juga menegaskan layanan yang diberikan bisa dimanfaatkan masyarakat secara gratis, tanpa ada biaya sedikitpun.
"Sejak berdiri sampai saat ini kami komitmen dan kami selalu berusaha memastikan bahwa masyarakat di tempat kami melayani adalah masyarakat yang paling membutuhkan. Secara ekonomi dan geografis mereka ada tantangan, maka kami hadir berikan solusi kesehatan tanpa dipungut biaya," beber Tutuk ketika ditemui di RSA Nusa Waluya II.
Layanan yang dibuka di rumah sakit apung ini juga cukup lengkap. Mulai dari dokter umum, pemeriksaan dan USG ibu hamil, persalinan selama 24 jam, unit gawat darurat 24 jam, rawat inap, hingga tindakan bedah. Ada juga beberapa layanan dokter spesialis yang disiapkan mulai dari dokter bedah, dokter anak, dokter jantung, dokter penyakit dalam, dokter saraf, hingga dokter kandungan.
PIS sendiri berkontribusi sebagai pemasok biaya operasional RSA Nusa Waluya II. Corporate Secretary PIS Muhammad Aryomekka Firdaus menjelaskan pihaknya memberikan bantuan dana sebesar Rp 2,7 miliar untuk mendukung operasional rumah sakit apung di Seget.
Aryo bilang bantuan ini diberikan dalam rangka memenuhi tanggung jawab sosial Pertamina International Shipping. Dia mengatakan pihaknya fokus untuk menyasar beberapa poin dalam sustainable development growth alias tujuan pembangunan berkelanjutan.
"Nah kebetulan kita di RS Nusa Waluya II bekerja sama dengan doctorSHARE, ini sedang menyasar good health and well being dan reduce inequalities. Itu lah kenapa kita memilih doctorSHARE ini sebagai partner CSR kita," beber Aryo di tempat yang sama.
Bentuk rumah sakit ini memang tidak senyaman rumah sakit pada umumnya. Kesan pengap, panas, dan sempit sangat terasa saat berada di rumah sakit ini. Meski masih jauh dari nyaman, Warga Seget menyambut baik kehadiran layanan Rumah Sakit Apung Nusa Waluya II ini.
Seperti Lusia dan Musa misalnya, keduanya langsung mendaftarkan diri untuk berobat langsung saat pembukaan layanan Nusa Waluya II yang dilakukan pada 7 Desember 2023 kemarin. Keduanya mengaku sangat terbantu dengan adanya layanan rumah sakit apung. Apalagi, layanannya gratis tanpa dipungut biaya.
"Sangat terbantu dengan rumah sakit apung ini. Di sini juga gratis saya tak perlu keluar uang mahal-mahal, saya harap bisa sembuh begitu," beber Musa.
"Ibu sama suami Ibu sudah diberitahu kemarin ada layanan gratis, kami berdua langsung berobat, apalagi gratis," kata Lusia.
Bahkan bukan cuma warga Seget saja yang terbantu dengan adanya rumah sakit apung ini. Encon Rouw yang datang dari Distrik Salawati Tengah yang berdekatan dengan Distrik Seget juga mengaku terbantu dengan adanya operasional Rumah Sakit Apung II.
Ketika ditemui, Encon mengaku ingin memanfaatkan layanan dokter gigi dan juga membawa cucunya untuk berobat. Dia mengatakan distriknya juga mengalami masalah yang sama seperti Seget, yaitu kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Malah bagi Encon untuk menuju Sorong lebih jauh lagi jaraknya, pasalnya dia harus menuju Seget terlebih dahulu untuk lewat perjalanan laut baru melanjutkan perjalanan darat ke arah Sorong.
"Secara pribadi, Bapak terima kasih untuk semua pihak yang terlibat sehingga kami ini yang susah layanan kesehatan bisa berobat dengan mudah dan gratis. Pengobatan itu kan mahal, ongkosnya ke Sorong juga mahal begitu," ujar Encon ketika diajak berbincang.
Encon bilang dirinya bakal mengajak saudara dan kawan yang satu distrik dengannya untuk datang ke Nusa Waluya II. Bagi masyarakat yang kesulitan layanan kesehatan, menurutnya fasilitas yang disediakan doctorSHARE dan PIS sangat membantu.
"Bapak sebentar pulang, besok akan ke sini lagi untuk berobat. Bapak juga akan ajak saudara-saudara semua di Salawati Tengah untuk berobat ke sini. Biayanya juga gratis toh," sebut Encon.