Perusahaan manufaktur otomotif multinasional, Stellantis NV terpaksa menutup pabrik mobil usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif impor tinggi untuk sejumlah negara. Penutupan pabrik ini juga disertai dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Setidaknya, ada 900 karyawan di AS yang akan diberhentikan sementara. Stellantis sendiri berencana menutup pabrik perakitan di Kanada dan Meksiko yang berimbas pada pekerja di AS.
Kepala Operasional Stellantis di AS Antonio Filosa mengatakan perusahaan terus menganalisis dampak jangka menengah dan panjang dari pengenaan tarif impor tersebut. Meski begitu, perusahaan telah memutuskan beberapa hal, termasuk penutupan pabrik secara sementara serta PHK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Tindakan) ini termasuk penghentian sementara produksi di sejumlah pabrik perakitan Kanada dan Meksiko, yang memengaruhi pekerjaan di sejumlah fasilitas pembangkit listrik dan pencetakan Stellantis di AS," katanya, dikutip dari Reuters, Minggu (6/4/2025).
Stellantis hanya memproduksi setengah dari kendaraan yang dijual di AS, termasuk truk Ram dan Jeep. Menurut firma riset GlobalData, hampir setengah dari mobil yang terjual tahun lalu di AS, berasal dari luar negeri.
Selain itu, Stellantis berencana pabrik Windsor Assembly, akan tutup selama dua minggu. Sementara pabrik Toluca Assembly di Meksiko, akan tutup selama bulan April.
Sekitar 4.500 pekerja di Windsor akan terkena dampak dari penghentian produksi. Sementara pekerja di Toluca akan tetap bekerja dan menerima gaji, tetapi tidak akan memproduksi kendaraan.
Presiden Serikat Pekerja Lokal yang mewakili pekerja di pabrik pengepakan Stellantis di Warren, Romaine McKinney III mengatakan PHK yang berkaitan dengan tarif tersebut meresahkan anggotanya, terutama karena mereka melihat General Motors (GM) menambah lapangan pekerjaan di AS.
Simak Video: Saham Eropa Anjlok Imbas Tarif Baru Barang Impor AS