Provinsi Quebec, Kanada, menggelar karpet merah bagi pelaku usaha Indonesia dengan tawaran kolaborasi di sektor teknologi tinggi dan energi terbarukan. Langkah ini menjadi salah satu buah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Kanada pada September lalu, yang membuka babak baru kerjasama ekonomi bilateral.
Dalam kunjungan kerjanya ke Quebec pada awal minggu ini, Duta Besar Indonesia untuk Kanada, Muhsin Syihab, menemui sejumlah pejabat setempat. Rinciannya Frederic Legendre, Direktur Jenderal Kementerian Ekonomi, Inovasi, dan Energi Quebec serta Elisa Valentin, Asisten Deputi Menteri untuk Urusan Indo-Pasifik di Kementerian Luar Negeri dan Francophonie.
"Indonesia kini berada di posisi strategis untuk memperdalam hubungan dengan Kanada, terutama Quebec sebagai pusat inovasi" ujar Muhsin dalam keterangan tertulis, Jumat (14/11/2025).
Sambutan antusias datang dari Frederic Legendre seraya menyampaikan pesan Gubernur Quebec yang menekankan pentingnya diversifikasi mitra dagang luar negeri bagi Provinsi terbesar di Kanada ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Negara seperti Indonesia, yang punya perjanjian kerjasama ekonomi dengan Kanada, jadi prioritas kami. Asia kini merupakan pusat kerjasama ekonomi global, dan Indonesia tepat di jantungnya," ujar Legendre.
Penandatanganan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) bulan lalu menjadi pendorong utama. Elisa Valentin menyebut kesepakatan itu sebagai titik balik strategis. Ia berharap ratifikasi dapat rampung tahun depan.
L"ICA-CEPA bakal membuka peluang besar bagi kedua negara. Quebec siap ambil langkah konkret untuk dukung implementasinya," tambah Valentin.
Untuk menggaet investor Indonesia, pemerintah Quebec siap mengundang kunjungan ke empat Zona Inovasi unggulannya: kawasan mikroelektronik dan semikonduktor di Bromont, industri dirgantara di Montreal, energi baru dan terbarukan di Bécancour, serta pusat quantum computing beserta perangkat lunak di Sherbrooke.
Zona-zona ini dirancang untuk percepat pengembangan industri berbasis teknologi canggih. Muhsin merespons positif dan menyebut akan perkuat dialog dengan Quebec dan menggali gali peluang di sektor unggulan Indonesia.
"Pasca ICA-CEPA, momentum ini tak boleh disia-siakan untuk kolaborasi Indonesia-Kanada," sebut Muhsin.
Perdagangan Indonesia dengan Provinsi ini membukukan angka US$ 383,33 juta pada tahun lalu, dengan tiga produk unggulan ekspor Indonesia tercatat antara lain waste and scrap metal (HS 7112), cocoa butter (HS 1804) dan natural rubber (HS 4001). Sementara Indonesia mengimpor produk kacang kedelai (HS 1201) dari Provinsi ini.
Quebec, provinsi terluas di Kanada dengan wilayah tiga kali luas Pulau Sumatera dan populasi 9 juta jiwa, punya keistimewaan sebagai satu-satunya wilayah berbahasa Prancis resmi. Provinsi ini juga menjadi kiblat pengembangan teknologi informasi dan digital di negeri Maple Leaf, dan menarik raksasa teknologi global seperti Google, Microsoft, Ubisoft, Square Enix, Electronic Arts.
Tak hanya itu, Quebec andal dalam produksi mineral kritis seperti litium, grafit, titanium, kobalt, dan nikel-bahan baku esensial bagi transisi energi hijau. Muhsin juga menyampaikan imbauannya kepada para pengusaha dan pelaku bisnis Indonesia untuk terus melakukan penjajakan kerjasama pada sektor-sektor yang menjadi andalan, khususnya setelah ditandatanganinya ICA-CEPA.
(ily/kil)











































