Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, menjelaskan bahwa gas dari Blok Tuna bakal dialirkan melalui pipa sepanjang 70 kilometer (km) ke Vietnam. Seluruh produksi gas dari blok tersebut akan dijual ke Vietnam karena pertimbangan keekonomian.
Jika dialirkan ke dalam negeri sendiri, butuh pipa sepanjang 382 km, biaya pengembangannya jadi mahal sekali, harga gas jadi tidak ekonomis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, mengalirkan gas lewat pipa ke Vietnam adalah skema paling ekonomis untuk pengembangan Blok Tuna. "Kalau bikin LNG di tengah laut lebih mahal lagi, keekonomiannya enggak masuk," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher, mengatakan bahwa Blok Tuna yang dioperasikan oleh Premier Oil masih berstatus sebagai blok eksplorasi dan sedang dalam proses penyusunan Plan of Development (PoD).
"Volume produksi dan target onstream masih menunggu selesainya kajian dalam PoD tersebut.
Saat ini sedang dalam tahap kajian monetisasi Gas Bumi dari Blok Tuna, antara Premier Oil dengan Petrovet, dan sudah dalam tahap pembahasan MOU/MOA," tutupnya.
Blok Tuna terletak di kawasan timur perairan Natuna, bertetangga dengan Blok East Natuna. Pada 2017 lalu, eksplorasi yang dilakukan Premier Oil berhasil menemukan cadangan minyak di sana. Produksi minyak dari Blok Tuna diperkirakan 7.000-15.000 barel per hari. Selain itu ada cadangan gas sekitar 12,3 miliar kaki kubik. (mca/dna)











































