Hingga 1 Februari 2018, tercatat pembangkit listik yang telah beroperasi adalah sebesar 1.362 MW dan yang sedang tahap konstruksi sebesar 17.116 MW.
"Yang dalam tahap konstruksi tetap berjalan. Tidak ada masalah," kata Jonan dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Jonan meyakini 20.000 MW pembangkit yang akan beroperasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedangkan sisanya akan beroperasi di 2024-2025 mendatang.
"Tambahan kapasitas sebesar itu sudah cukup untuk menjawab peningkatan kebutuhan listrik di tahun 2019," ucap Jonan.
Asal mula target 35.000 MW di 2019 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional di atas 7%. Padahal realisasi pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir dan beberapa tahun ke depan diperkirakan sekitar 5%, sehingga peningkatan tambahan kebutuhan listrik hingga tahun 2019 sekitar 20.000 MW.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengungkapkan, secara total kemajuan pembangunan proyek 35.000 MW sudah mencapai 30-40%.
"Kalau ditanya 35.000 MW sudah selesai dalam dua tahun pasti saya berbohong. Tapi, kalau berbicara progress pembangunnnya, sudah sesuai rencana yaitu 30 sampai 40%," kata Sofyan.
Sofyan merinci estimasi masa pembangunan pembangkit. Untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memakan waktu sekitar 5-6 tahun, panas bumi (PLTP) bisa 5-6 tahun, pembangkit listrik di atas 600 MW mencapai 6 tahun, dan di bawah 600 MW dan 300 MW membutuhkan waktu 3 tahun.
"Yang lebih cepat itu (pembangkit) gas bisa 8 bulan sampai 1 tahun," papar Sofyan.
Salah satu bukti kemajuan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 7, PLTU Jawa 9, PLTU Jawa 10 dengan total kapasitas 4.000 MW yang baru diresmikan Persiden Jokowi pada 5 Oktober 2017. Selain itu, masih ada PLTU Jawa I di CIlacap yang pekerjaannya sudah mencapai 37%.
Di samping program 35.000 MW, pemerintah juga tengah menyelesaikan proyek 7.000 MW sebagai kelanjutan Fast Track Program (FTP) I, FTP II dan Regular. Hingga Januari 2018 total sebanyak 6.424 MW atau sekitar 82% sudah bisa beroperasi, dan hanya 1.407 MW atau 18% yang masih tahap konstruksi. (ara/zul)