Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta operator pada proyek ladang gas bumi Blok Masela, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku untuk memulai produksi pada tahun ini.
Pasalnya kata Bahlil, kontrak kerja sama Wilayah Kerja (WK) Masela sudah ditandatangani sekitar 26 tahun yang lalu. Namun hingga kini belum ada perkembangannya.
Ia mengancam akan mengevaluasi terkait konsesi tersebut jika tidak ada progres perkembangan ke tahap produksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku udah bikin surat. Kamu tahun ini nggak melakukan pekerjaan untuk produksi. Ya mohon maaf, atas nama Undang-undang tidak menutup kemungkinan kita akan mengevaluasi," kata Bahlil di Hotel The Westin Jakarta, Kamis (30/1/2025).
Bahlil mengatakan bahwa ancaman tersebut dilakukan untuk mengejar target produksi atau lifting minyak hingga 1 juta barel per hari pada 2029.
Selain itu, juga agar negara tidak dikontrol oleh pengusaha. Sehingga apa yang menjadi target pemerintah dapat tercapai.
"Supaya apa? Jangan pengusaha mengendalikan negara.Tapi negara yang harus mengendalikan pengusaha dengan catatan negara itu enggak boleh dzalim untuk pengusaha," katanya.
Adapun saat ini konsesi Blok Masela dipegang oleh perusahaan minyak dan gas (migas) asal Jepang yakni Inpex.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan petinggi perusahaan asal Jepang yang tergabung dalam Japan Indonesia Association (Japinda) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2024) menyampaikan Inpex segera menggarap proyek ladang gas bumi Blok Masela, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
"Program dari Inpex, Masela, yang harapannya juga ingin segera berjalan direncanakan mulai berjalan pada tahun depan. Tadi disampaikan dan kami harapkan selesai beberapa tahun ke depannya," kata Rosan usai pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2024).
Selain itu, menurut Rosan, Blok Masela ini bisa berproduksi pada 2030 mendatang. Untuk itu ia bersama Menteri Koordinator Bidang Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto diminta untuk mengawal ketat pengembangan proyek ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan proyek pengembangan blok Masela ini akan menelan biaya investasi mendekati US$ 21 miliar atau setara dengan Rp 333,1 triliun (kurs Rp 15.862/dolar AS).
Dalam hal ini menurutnya pihak Inpex sudah menyelesaikan seluruh dokumen perencanaan proyek alias front end engineering design. Sehingga rencana pengembangan blok Masela itu dapat dieksekusi dalam waktu dekat.
"Terkait dengan proyek oleh Inpex, rencana proyek Masela, karena proyek Masela itu investasinya bisa mendekati US$ 21 miliar dolar dan tahap yang sekarang dicapai adalah penyelesaian front end engineering design," terang Airlangga.
Airlangga menambahkan perencanaan atau front end engineering design yang dimaksud sudah termasuk penambahan fasilitas Carbon Capture, Utilization, dan Storage (CCUS) maupun Carbon Capture Storage (CSS) untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan.
"Tentunya beberapa hal mereka tambahkan karena sekarang untuk proyek-proyek semacam itu diperlukan untuk melengkapi dengan Carbon Capture Storage maupun CCUS. Jadi itu masuk di dalam pengembangan proyek," tegasnya.
(kil/kil)