Mengintip 2 Proyek Bendungan di NTB

Para pekerja tengah menyelesaiakan pembangunan Bendungan Tanju. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Bendungan Tanju dan Mila merupakan dua bendungan yang saling terintegrasi, dengan terpisah jarak 6 kilometer (km), membendung air di aliran sungai Rababaka. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Bendungan ini dikerjakan secara joint operation (JO) oleh PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Sumberdaya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bendungan Tanju dan Mila dibangun dengan nilai kontrak Rp 357,16 miliar. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Pembangunan bendungan Tanju dan Mila cukup unik karena pengoperasiannya dilakukan secara paralel berbeda dengan bendungan lain yang umumnya beroperasi secara mandiri. Kedua bendungan ini merupakan bagian dari komplek Rababaka yang dipisahkan oleh dua gunung. Agar bisa beroperasi, PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya selaku kontraktor bakal menyambung dua bendungan ini lewat saluran yang akan melewati dua terowongan. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Dua terowongan ini menjadi penghubung saluran irigasi yang dibangun menembus gunung. Masing-masing terowongan dibangun sepanjang 666 meter (terowongan Mila) dan 1,7 km (terowongan Tanju). Selain itu, dua bendungan ini juga bakal tersambung dengan saluran interbasin sepanjang 18 km dari daerah aliran sungai Rababaka menuju ke masing-masing area genangan Bendungan Tanju dan Mila. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Para pekerja tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Mila di NTB. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Terowongan Mila, hilirnya akan dialirkan ke bendungan Mila yang memiliki tampungan 6 juta m3, dengan output kecepatan keterisian 1,2 m3/detik. Sedangkan terowongan Tanju, akan membawa air dengan kecepatan 1,9 m3/s ke bendungan Tanju. Pembangunan Bendungan Tanju diperkirakan rampung pada tahun 2017 ini, sedangkan bendungan Mila pada tahun 2018. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Keberadaan Tanju dan Mila yang terhubung dengan saluran interbasin sepanjang 18 km tersebut, diharapkan dapat meningkatkan daya tampung air yang saat musim kemarau tiba bisa dimanfaatkan untuk mengairi area persawahan di sekitar Dompu, NTB. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)

Para pekerja tengah menyelesaiakan pembangunan Bendungan Tanju. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Bendungan Tanju dan Mila merupakan dua bendungan yang saling terintegrasi, dengan terpisah jarak 6 kilometer (km), membendung air di aliran sungai Rababaka. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Bendungan ini dikerjakan secara joint operation (JO) oleh PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Sumberdaya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bendungan Tanju dan Mila dibangun dengan nilai kontrak Rp 357,16 miliar. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Pembangunan bendungan Tanju dan Mila cukup unik karena pengoperasiannya dilakukan secara paralel berbeda dengan bendungan lain yang umumnya beroperasi secara mandiri. Kedua bendungan ini merupakan bagian dari komplek Rababaka yang dipisahkan oleh dua gunung. Agar bisa beroperasi, PT Hutama Karya dan PT Nindya Karya selaku kontraktor bakal menyambung dua bendungan ini lewat saluran yang akan melewati dua terowongan. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Dua terowongan ini menjadi penghubung saluran irigasi yang dibangun menembus gunung. Masing-masing terowongan dibangun sepanjang 666 meter (terowongan Mila) dan 1,7 km (terowongan Tanju). Selain itu, dua bendungan ini juga bakal tersambung dengan saluran interbasin sepanjang 18 km dari daerah aliran sungai Rababaka menuju ke masing-masing area genangan Bendungan Tanju dan Mila. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Para pekerja tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Mila di NTB. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Terowongan Mila, hilirnya akan dialirkan ke bendungan Mila yang memiliki tampungan 6 juta m3, dengan output kecepatan keterisian 1,2 m3/detik. Sedangkan terowongan Tanju, akan membawa air dengan kecepatan 1,9 m3/s ke bendungan Tanju. Pembangunan Bendungan Tanju diperkirakan rampung pada tahun 2017 ini, sedangkan bendungan Mila pada tahun 2018. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)
Keberadaan Tanju dan Mila yang terhubung dengan saluran interbasin sepanjang 18 km tersebut, diharapkan dapat meningkatkan daya tampung air yang saat musim kemarau tiba bisa dimanfaatkan untuk mengairi area persawahan di sekitar Dompu, NTB. (Dok. Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR)