Potret Metromini di Ujung Jurang Eksistensi (1)

Metromini makin berkurang jumlahnya, kini bus yang masih ada bisa dihitung jari. Dok.Detikcom/Herdi Alif Al Hikam.
Di usia senjanya, Metromini kian tertekan dengan saingan dari transportasi lain. Dok.Detikcom/Herdi Alif Al Hikam.
Meskipun begitu, beberapa orang masih meminati dan mau menumpang bus oranye-biru ini. Dok.Detikcom/Herdi Alif Al Hikam.
Pepatah 'siapa cepat dia dapat, angkat pantat hilang tempat' sudah tidak berlaku lagi, kursi yang dulu diperebutkan kini lebih sering tak terisi. Dok.Detikcom/Herdi Alif Al Hikam.
Jali, salah seorang supir, terus mengeluhkan kondisi Metromini yang kian sepi. Dok.Detikcom/Herdi Alif Al Hikam.
Foto: Rifkianto Nugroho
Penumpang yang semakin sedikit membuat pemasukan Jali berkurang, kini dia hanya bisa mendapatkan Rp 200-300 ribu sehari. Dok. Detikcom/Pradita Utama.
Terminal pun kini sepi, apabila dulu banyak orang berlalu lalang, kini hanya satu dua orang saja yang terlihat. Dok. Detikcom/Pradita Utama.
Hal ini juga dikeluhkan pedagang, pasalnya semakin sedikit orang di terminal maka makin sedikit peluang dagangan mereka terjual. Dok.Detikcom/Rifkianto Nugroho.
Kalau kata operator Metro Mini, kini mereka bagaikan dihancurkan perlahan, dan tinggal menunggu waktunya kematian armada ini. Dok.Detikcom/Rifkianto Nugroho.