Heboh Pengelolaan Air Bersih di Jakarta, Instalasi Air Palyja Tetap Bekerja

Petugas mengecek instalasi pengolahan air milik PT PAM Lyonese Jaya (PALYJA) di Jalan Penjernihan Tanahabang, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/2019).
Seperti diketahui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akhirnya memutuskan kebijakan yang akan ditempuh terkait pengelolaan air bersih di Jakarta. Anies memilih opsi langkah perdata untuk mengambil alih pengelolaan air bersih yang selama ini ditangani swasta.
Upaya pengambilalihan pengelolaan itu dilakukan sejak Mahkamah Agung (MA) memerintahkan swastanisasi itu disetop lewat putusan kasasi pada 2017 lalu.
Sebelumnya, Mahkamah Agung (MA) menyatakan, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta telah merugikan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan masyarakat DKI Jakarta terkait swastanisasi air di Ibu Kota.
Instalasi pengolahan air ini sendiri mampu mengolah air baku tercemar berat menjadi layak guna.
Air baku 62 persen berasal dari bendungan Jatiluhur Purwakarta. Air ini kemudian dibawa ke Cawang untuk disalurkan menggunakan pipa berkapasitas 2200 liter/ detik ke IPA Penjernihan.
Selanjutnya, air melalui beberapa proses untuk kemudian bisa dikonsumsi. Pertama, air masuk ke sebuah wadah bernama Venturi. Di sana, air diguyurkan bahan kimia untuk dipisah antara kapur dengan air. Selanjutnya, air dimasukkan ke bak filter yang di dalamnya terdapat pasir kwarsa untuk menyaring dan menyikat kotoran.
Selanjutnya, air dimasukkan ke tempat bernama sifon untuk dialihkan ke penampungan air yang bernama reserfoar yang memiliki kapasitas 8100 meter kubik. Di sini, air diberikan gas florin yang berfungsi membunuh kotoran dan bakteri.
Proses lanjutannya adalah, air masuk kepenampungan lainnya dan difilter dan pada akhirnya, air bisa masuk ke pipa distribusi untuk disalurkan ke berbagai tempat.
Petugas mengecek instalasi pengolahan air milik PT PAM Lyonese Jaya (PALYJA) di Jalan Penjernihan Tanahabang, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/2019).
Seperti diketahui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akhirnya memutuskan kebijakan yang akan ditempuh terkait pengelolaan air bersih di Jakarta. Anies memilih opsi langkah perdata untuk mengambil alih pengelolaan air bersih yang selama ini ditangani swasta.
Upaya pengambilalihan pengelolaan itu dilakukan sejak Mahkamah Agung (MA) memerintahkan swastanisasi itu disetop lewat putusan kasasi pada 2017 lalu.
Sebelumnya, Mahkamah Agung (MA) menyatakan, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta telah merugikan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan masyarakat DKI Jakarta terkait swastanisasi air di Ibu Kota.
Instalasi pengolahan air ini sendiri mampu mengolah air baku tercemar berat menjadi layak guna.
Air baku 62 persen berasal dari bendungan Jatiluhur Purwakarta. Air ini kemudian dibawa ke Cawang untuk disalurkan menggunakan pipa berkapasitas 2200 liter/ detik ke IPA Penjernihan.
Selanjutnya, air melalui beberapa proses untuk kemudian bisa dikonsumsi. Pertama, air masuk ke sebuah wadah bernama Venturi. Di sana, air diguyurkan bahan kimia untuk dipisah antara kapur dengan air. Selanjutnya, air dimasukkan ke bak filter yang di dalamnya terdapat pasir kwarsa untuk menyaring dan menyikat kotoran.
Selanjutnya, air dimasukkan ke tempat bernama sifon untuk dialihkan ke penampungan air yang bernama reserfoar yang memiliki kapasitas 8100 meter kubik. Di sini, air diberikan gas florin yang berfungsi membunuh kotoran dan bakteri.
Proses lanjutannya adalah, air masuk kepenampungan lainnya dan difilter dan pada akhirnya, air bisa masuk ke pipa distribusi untuk disalurkan ke berbagai tempat.