PLTU Suralaya yang Dituduh Bikin Polusi Jakarta

Pengkampanye Energi dan Perkotaan Walhi, Dwi Sawung menyebut PLTU Babelan, yang berada di sebelah timur Jakarta, PLTU Lontar di Jakarta Barat, dan PLTU Suralaya, di Banten bisa membawa polusi hasil pembakarannya. Tuduhan itu muncul karena setiap pembangkit tenaga uap, menggunakan energi pembakaran batu bara yang menimbulkan polutan pada sisa pembakarannya.

Namun, PT PLN menolak anggapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya menyumbang polusi udara di Jakarta.

GM Indonesia Power (anak usaha PLN) Unit Pembangkit Suralaya Amlan Nawir menyatakan hasil pembakaran batu bara di PLTU Suralaya sudah sesuai dengan standar udara dalam baku mutu yang ditetapkan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).

Amlan menyebutkan di setiap cerobong-cerobong PLTU sudah dilengkapi alat yang digunakan sebagai filter alias penyaring abu hasil sisa pembakaran.

PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya adalah salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki oleh PT Indonesia Power (IP), yang merupakan anak perusahaan dari PT PLN (Persero). Foto: dok. PLN
Unit Pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada tahun 1984 dengan 2 (dua) Unit Pembangkit dan terus di tingkatkan hingga menjadi 7 (tujuh) Unit Pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 MW. Foto: dok. PLN
PLTU yang merupakan PLTU terbesar di Indonesia ini memproduksi sekitar 50% dari total produksi PT Indonesia Power dan menyumbang 17% dari energi listrik kebutuhan Jawa-Madura-Bali. Foto: dok. PLN
Sebagai PLTU penyumbang terbesar kebutuhan energi listrik Jawa-Madura-Bali, Unit Pembangkitan Suralaya juga tidak mengesampingkan aspek pencapaian kinerjanya. Terbukti hingga agustus 2019, Unit Pembangkitan Suralaya telah menunjukan kinerja baik. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian EAF (Equivalent Availability Factor) dan EFOR (Equivalent Force Outage Rate) sampai dengan Agustus 2019 berada di angka 90,16 dan 1,08. Foto: dok. PLN
Selain itu Unit Pembangkitan Suralaya juga telah memenangkan berbagai penghargaan dalam bidang inovasi, K3L & Lingkungan dan CSR di tingkat regional, nasional maupun internasional salah satunya adalah ASEAN COAL AWARD 2019 yang baru-baru diterimanya di tahun 2019. Foto: dok. PLN
Unit Pembangkitan yang sejak tahun 2014 s/d 2018 mendapatkan PROPER HIJAU dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia ini selalu melakukan berbagai kegiatan efisiensi energi dan program lingkungan. hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan Unit secara terus menerus. Bentuk kegiatan efisiensi penghematan energi yang telah dilakukan dari tahun 2014 hingga Juni 2018 telah mencapai 6.567.415 GJ dan 4.875.669 ton emisi CO2 yang telah berkurang dari program ini. Foto: dok. PLN
Pengkampanye Energi dan Perkotaan Walhi, Dwi Sawung menyebut PLTU Babelan, yang berada di sebelah timur Jakarta, PLTU Lontar di Jakarta Barat, dan PLTU Suralaya, di Banten bisa membawa polusi hasil pembakarannya. Tuduhan itu muncul karena setiap pembangkit tenaga uap, menggunakan energi pembakaran batu bara yang menimbulkan polutan pada sisa pembakarannya.
Namun, PT PLN menolak anggapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya menyumbang polusi udara di Jakarta.
GM Indonesia Power (anak usaha PLN) Unit Pembangkit Suralaya Amlan Nawir menyatakan hasil pembakaran batu bara di PLTU Suralaya sudah sesuai dengan standar udara dalam baku mutu yang ditetapkan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).
Amlan menyebutkan di setiap cerobong-cerobong PLTU sudah dilengkapi alat yang digunakan sebagai filter alias penyaring abu hasil sisa pembakaran.
PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya adalah salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki oleh PT Indonesia Power (IP), yang merupakan anak perusahaan dari PT PLN (Persero). Foto: dok. PLN
Unit Pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada tahun 1984 dengan 2 (dua) Unit Pembangkit dan terus di tingkatkan hingga menjadi 7 (tujuh) Unit Pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 MW. Foto: dok. PLN
PLTU yang merupakan PLTU terbesar di Indonesia ini memproduksi sekitar 50% dari total produksi PT Indonesia Power dan menyumbang 17% dari energi listrik kebutuhan Jawa-Madura-Bali. Foto: dok. PLN
Sebagai PLTU penyumbang terbesar kebutuhan energi listrik Jawa-Madura-Bali, Unit Pembangkitan Suralaya juga tidak mengesampingkan aspek pencapaian kinerjanya. Terbukti hingga agustus 2019, Unit Pembangkitan Suralaya telah menunjukan kinerja baik. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian EAF (Equivalent Availability Factor) dan EFOR (Equivalent Force Outage Rate) sampai dengan Agustus 2019 berada di angka 90,16 dan 1,08. Foto: dok. PLN
Selain itu Unit Pembangkitan Suralaya juga telah memenangkan berbagai penghargaan dalam bidang inovasi, K3L & Lingkungan dan CSR di tingkat regional, nasional maupun internasional salah satunya adalah ASEAN COAL AWARD 2019 yang baru-baru diterimanya di tahun 2019. Foto: dok. PLN
Unit Pembangkitan yang sejak tahun 2014 s/d 2018 mendapatkan PROPER HIJAU dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia ini selalu melakukan berbagai kegiatan efisiensi energi dan program lingkungan. hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan Unit secara terus menerus. Bentuk kegiatan efisiensi penghematan energi yang telah dilakukan dari tahun 2014 hingga Juni 2018 telah mencapai 6.567.415 GJ dan 4.875.669 ton emisi CO2 yang telah berkurang dari program ini. Foto: dok. PLN