Mudik Dilarang, Begini Kondisi Terkini Pusat Batik Pekalongan

Menjelang lebaran atau memasuki arus mudik seperti saat ini, biasanya para pedagang batik di Pasar Batik Setono, Kota Pekalongan, meraup keuntungan. Namun tidak  tahun ini. Ditengah pendemi corona, tidak ada pemudik. Pengunjung pasar batikpun sepi.

Dalam pantauan detikcom Pasar Batik Setono yang berada di tepi jalur Pantura dan jalur exit tol ini tampak lengang. Biasanya menjalang hari raya lebaran, parkiran pasar batik dipenuhi dengan kendaraan pribadi dari luar kota, khususnya dari Jakarta.

Beberapa kios di pasar itu pun tampak tutup karena sepinya pemasukan.

Menurut Haqqul Mubin,  pedagang batik di Setono yang juga pengurus paguyuban pedagang batik di Setono, banyak kios batik yang memilih untuk tutup karena tak adanya pemasukan. Sejumlah kios yang buka pun terpaksa mengurangi tenaga kerja agar tetap dapat beroperasi di masa-masa sulit seperti ini.

Seperti diketahui, Pasar Batik Setono kerap dijadikan ampiran untuk membawa oleh-oleh berupa batik ke kampung halaman para pemudik.  

Namun, diberlakukannya pelarangan mudik imbas pandemi COVID-19 yang tengah melanda Indonesia berdampak pada aktivitas di kawasan sentra batik tersebut. Kondisi ini diperparah dengan masih tutupnya akses ke Pasar Tanah Abang Jakarta. Para pedagang yang biasanya juga mengirim batik ke Pasar Tanah Abang harus ikut terhenti.

Haqqul Mubin, seorang pedagang di Pasar Batik Setono pun menyebut mengalami penurunan omzet hingga lebih dari 70 persen. Beruntung, bagi para pedagang masih mempunyai para pelanggan dari kota-kota di sekitar Pekalongan, seperti Batang, Pemalang, Tegal, Brebes dan Kendal. Namun, tetap saja daya beli masih rendah. Padahal para pedagang telah menurunkan harga jual batik dari dua puluh lima hingga empat puluh persen.

Salah satu pelanggan batik di pasar grosir Setono yakni Karisah (46) pelanggan asal Tegal. Pada detikcom, Karisah mengakui kerap belanja batik di Pasar Grosir Setono. Diakuinya, kendati harga batik telah diturunkan para pedagang, namun tetap saja dirinya harus menghemat pengeluaran tidak tergiur harga murah.

Pada detikcom dalam perjalanan dari Tegal hingga ke Kota Pekalongan. dirinya tidak mengalami kesulitan yang berarti termasuk tidak adanya cek point dari masing-masing wiayah gugus tugas. Hal yang sama juga dialami oleh Sugiyono pelanggan pasar setono asal Kendal. Dirinya mengaku sepanjang jalur tidak ada cek point petugas manapun.

Para pelanggan lokal inilah yang membuat sedikit nafas bagi para pedagang batik di pasar setempat.  Para pedagang mengaku omzet turun bila dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Para pedagang berharap masa pendemi corona ini dapat berakhir cepat, sehingga kondisi normal seperti semula.

Menjelang lebaran atau memasuki arus mudik seperti saat ini, biasanya para pedagang batik di Pasar Batik Setono, Kota Pekalongan, meraup keuntungan. Namun tidak  tahun ini. Ditengah pendemi corona, tidak ada pemudik. Pengunjung pasar batikpun sepi.
Dalam pantauan detikcom Pasar Batik Setono yang berada di tepi jalur Pantura dan jalur exit tol ini tampak lengang. Biasanya menjalang hari raya lebaran, parkiran pasar batik dipenuhi dengan kendaraan pribadi dari luar kota, khususnya dari Jakarta.
Beberapa kios di pasar itu pun tampak tutup karena sepinya pemasukan.
Menurut Haqqul Mubin,  pedagang batik di Setono yang juga pengurus paguyuban pedagang batik di Setono, banyak kios batik yang memilih untuk tutup karena tak adanya pemasukan. Sejumlah kios yang buka pun terpaksa mengurangi tenaga kerja agar tetap dapat beroperasi di masa-masa sulit seperti ini.
Seperti diketahui, Pasar Batik Setono kerap dijadikan ampiran untuk membawa oleh-oleh berupa batik ke kampung halaman para pemudik.  
Namun, diberlakukannya pelarangan mudik imbas pandemi COVID-19 yang tengah melanda Indonesia berdampak pada aktivitas di kawasan sentra batik tersebut. Kondisi ini diperparah dengan masih tutupnya akses ke Pasar Tanah Abang Jakarta. Para pedagang yang biasanya juga mengirim batik ke Pasar Tanah Abang harus ikut terhenti.
Haqqul Mubin, seorang pedagang di Pasar Batik Setono pun menyebut mengalami penurunan omzet hingga lebih dari 70 persen. Beruntung, bagi para pedagang masih mempunyai para pelanggan dari kota-kota di sekitar Pekalongan, seperti Batang, Pemalang, Tegal, Brebes dan Kendal. Namun, tetap saja daya beli masih rendah. Padahal para pedagang telah menurunkan harga jual batik dari dua puluh lima hingga empat puluh persen.
Salah satu pelanggan batik di pasar grosir Setono yakni Karisah (46) pelanggan asal Tegal. Pada detikcom, Karisah mengakui kerap belanja batik di Pasar Grosir Setono. Diakuinya, kendati harga batik telah diturunkan para pedagang, namun tetap saja dirinya harus menghemat pengeluaran tidak tergiur harga murah.
Pada detikcom dalam perjalanan dari Tegal hingga ke Kota Pekalongan. dirinya tidak mengalami kesulitan yang berarti termasuk tidak adanya cek point dari masing-masing wiayah gugus tugas. Hal yang sama juga dialami oleh Sugiyono pelanggan pasar setono asal Kendal. Dirinya mengaku sepanjang jalur tidak ada cek point petugas manapun.
Para pelanggan lokal inilah yang membuat sedikit nafas bagi para pedagang batik di pasar setempat.  Para pedagang mengaku omzet turun bila dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Para pedagang berharap masa pendemi corona ini dapat berakhir cepat, sehingga kondisi normal seperti semula.