Melongok Pabrik Pembuatan Tape Singkong yang Eksis Sejak Tahun 70-an

Pekerja sedang memproses pembuatan tape singkong kuning (peyeum) di Kampung Poncol, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor akhir pekan lalu.
Dalam sehari, UMKM ini mampu menghabiskan singkong mentah 800-1000 kg.
Perajin memperoleh bahan baku singkong dari para petani di Bogor dengan nilai Rp 3.000/kg.
Proses pembuatan tape dimulai dari pengupasan kulit singkong.
Para pekerja tengah mengupas singkong.
Setelah dikupas, singkong kemudian dibersihkan.
Pabrik ini sudah membuat tape singkong sejak tahun 1970-an saat tape singkong seharga Rp 500-an/kg.
Setelah dibersihkan, singkong kemudian direbus.
Para pekerja mengangkat singkong yang baru selesai direbus.
Setelah direbus singkong kemudian diberikan ragi.
Butuh waktu penginapan semalam agar singkong bisa berubah menjadi tape.
Tape singkong kuning tersebut didistribusikan ke wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan harga Rp 10 ribu per kilo. 
Beberapa sumber menyebutkan tape singkong merupakan cemilan tradisional sejak abad ke-19 sebagai alternatif makanan kudapan.
Pekerja sedang memproses pembuatan tape singkong kuning (peyeum) di Kampung Poncol, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor akhir pekan lalu.
Dalam sehari, UMKM ini mampu menghabiskan singkong mentah 800-1000 kg.
Perajin memperoleh bahan baku singkong dari para petani di Bogor dengan nilai Rp 3.000/kg.
Proses pembuatan tape dimulai dari pengupasan kulit singkong.
Para pekerja tengah mengupas singkong.
Setelah dikupas, singkong kemudian dibersihkan.
Pabrik ini sudah membuat tape singkong sejak tahun 1970-an saat tape singkong seharga Rp 500-an/kg.
Setelah dibersihkan, singkong kemudian direbus.
Para pekerja mengangkat singkong yang baru selesai direbus.
Setelah direbus singkong kemudian diberikan ragi.
Butuh waktu penginapan semalam agar singkong bisa berubah menjadi tape.
Tape singkong kuning tersebut didistribusikan ke wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan harga Rp 10 ribu per kilo. 
Beberapa sumber menyebutkan tape singkong merupakan cemilan tradisional sejak abad ke-19 sebagai alternatif makanan kudapan.