Miniatur Kepal Bambu Ini Laku Rp 12 Juta Lho

Terjangan pandemi COVID-19 tidak membuat Pradana Famila Sholikhin (28) putus asa untuk mengembangkan usahanya. Warga Padukuhan Tanggulangin, Kelurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul ini membuat miniatur kapal berbahan bambu seharga jutaan rupiah.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pembuat taman ini mengatakan, bahwa dia baru menekuni pembuatan miniatur kapal sejak tahun 2016. Hal tersebut melihat miniatur milik salah seorang temannya.
Selanjutnya, dia mulai mencari bambu berkualitas tinggi yakni bambu Jawa sebagai bahan dasar miniatur. Tak hanya itu, dia menggunakan kayu dan triplek sebagai bahan pendukungnya.
Terkait cara pembuatan, Pradana mengaku mempelajarinya secara otodidak. Bahkan dalam produksinya dia tidak menggunakan pola khusus.
Pradana mengaku baru pertama kali melihat kapal pesiar di Semarang, Jawa Tengah beberapa tahun lalu. Pria bertopi ini menjelaskan, untuk pembuatan satu kapal membutuhkan waktu 1 sampai 2 bulan.
Satu kapal dihargai Rp 3 juta hingga Rp 12 perbuah, sesuai dengan ukuran ataupun kerumitannya. Saat ini, dia menyebut miniatur kapal miliknya sudah dikirim ke Gorontalo, Kalimantan, dan beberapa kota lainnya.
Terkait dampak pandemi, dia mengakui ada dampak diawalnya. Namun saat ini sudah mulai bergerak kembali, dirinya memiliki trik untuk menarik pelanggannya, salah satunya dengan mengurangi harga dan membebaskan ongkos kirim ke seluruh lokasi.
Bagaimana menurut Anda?
Terjangan pandemi COVID-19 tidak membuat Pradana Famila Sholikhin (28) putus asa untuk mengembangkan usahanya. Warga Padukuhan Tanggulangin, Kelurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul ini membuat miniatur kapal berbahan bambu seharga jutaan rupiah.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pembuat taman ini mengatakan, bahwa dia baru menekuni pembuatan miniatur kapal sejak tahun 2016. Hal tersebut melihat miniatur milik salah seorang temannya.
Selanjutnya, dia mulai mencari bambu berkualitas tinggi yakni bambu Jawa sebagai bahan dasar miniatur. Tak hanya itu, dia menggunakan kayu dan triplek sebagai bahan pendukungnya.
Terkait cara pembuatan, Pradana mengaku mempelajarinya secara otodidak. Bahkan dalam produksinya dia tidak menggunakan pola khusus.
Pradana mengaku baru pertama kali melihat kapal pesiar di Semarang, Jawa Tengah beberapa tahun lalu. Pria bertopi ini menjelaskan, untuk pembuatan satu kapal membutuhkan waktu 1 sampai 2 bulan.
Satu kapal dihargai Rp 3 juta hingga Rp 12 perbuah, sesuai dengan ukuran ataupun kerumitannya. Saat ini, dia menyebut miniatur kapal miliknya sudah dikirim ke Gorontalo, Kalimantan, dan beberapa kota lainnya.
Terkait dampak pandemi, dia mengakui ada dampak diawalnya. Namun saat ini sudah mulai bergerak kembali, dirinya memiliki trik untuk menarik pelanggannya, salah satunya dengan mengurangi harga dan membebaskan ongkos kirim ke seluruh lokasi.
Bagaimana menurut Anda?