Kisah Perajin Bambu Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Tidak semua usaha kecil dan menengah (UKM) ambruk dihantam pandemi COVID. Nyatanya kerajinan bambu (Bamboo Art) Klaten di sentra kerajinan Bamboo Art Desa Jambu Kulon, Kecamatan Ceper tetap bisa bertahan.
"Kerajinan bambu ini tetap bertahan. Bahkan kadang kekurangan tenaga meskipun sedang ada COVID," jelas Trimanto, salah seorang perajin pada detikcom, Rabu (16/12/2020) siang.
Dikatakan Trimanto, selama pandemi para perajin tertolong dengan maraknya wisata desa. Banyak desa menggunakan dana desa untuk membuat usaha atau taman desa.
Mayoritas dari perajin yang jumlahnya sekitar 20 orang terang Trimanto, menggunakan pemasaran manual. Perajin belum terbiasa menggunakan online tapi sekadar memajang hasil di tepi jalan.
Kerajinan bambu di desa ini dirintis sekitar tahun 1997 di awali dari mebel. Setelah era mebel meredup, perajin membuat Gasebo.
Untuk bahan baku, perajin mengandalkan bahan baku pokok bambu apus dan petung. Bahan baku relatif tidak ada kendala.
Tidak semua usaha kecil dan menengah (UKM) ambruk dihantam pandemi COVID. Nyatanya kerajinan bambu (Bamboo Art) Klaten di sentra kerajinan Bamboo Art Desa Jambu Kulon, Kecamatan Ceper tetap bisa bertahan.
Kerajinan bambu ini tetap bertahan. Bahkan kadang kekurangan tenaga meskipun sedang ada COVID, jelas Trimanto, salah seorang perajin pada detikcom, Rabu (16/12/2020) siang.
Dikatakan Trimanto, selama pandemi para perajin tertolong dengan maraknya wisata desa. Banyak desa menggunakan dana desa untuk membuat usaha atau taman desa.
Mayoritas dari perajin yang jumlahnya sekitar 20 orang terang Trimanto, menggunakan pemasaran manual. Perajin belum terbiasa menggunakan online tapi sekadar memajang hasil di tepi jalan.
Kerajinan bambu di desa ini dirintis sekitar tahun 1997 di awali dari mebel. Setelah era mebel meredup, perajin membuat Gasebo.
Untuk bahan baku, perajin mengandalkan bahan baku pokok bambu apus dan petung. Bahan baku relatif tidak ada kendala.