Bisnis Sarang Burung Walet Janjikan Untung Segunung

Sejak remaja, Marsilus atau yang akrab disapa Marsel dididik untuk menjadi pria yang mandiri meskipun berasal dari keluarganya berkecukupan. Hal itu lah yang membuat warga Putussibau, Kalimantan Barat ini terlatih untuk melihat peluang usaha demi meraup keuntungan yang besar.
Sejak dua tahun belakangan, pria yang pernah menjadi guru di Pontianak ini mulai menggeluti budidaya sarang walet. Awal mula terjun ke usaha tersebut adalah dengan memulai coba-coba membuat rumah walet di pekarangan rumah miliknya. Dengan telaten ia mengurus kandang itu sendirian, tanpa bantuan karyawan.
Dari dua kandang yang ia buat, sudah menghasilkan kurang lebih ratusan juta rupiah. Wow, menggiurkan sekali bukan! Ini baru yang dinamakan untung segunung.
Semua proses itu ia pelajari dengan telaten dari sahabatnya yang juga sudah lebih dulu menggeluti usaha sarang burung walet di Putussibau.

Memang modal awalnya untuk membangun kandang juga terbilang lumayan besar, untuk dua kandang yang dibangun dilantai 2 dan 3 atas rumahnya itu memakan biaya kurang lebih Rp 100 juta.
Memang budidaya sarang walet bukanlah bisnis instan, butuh waktu beberapa bulan agar burung walet mau datang dan bersarang di kandang buatan manusia itu.
Dari dua kandang yang dibangun pada saat awal merintis usaha itu, ia sudah bisa meraup keuntungan di bulan keenam lebih dari Rp 100 juta.
Secara gamblang ia menyebut setiap bulan bisa mengumpulkan 7-8 kilogram sarang walet. Setiap kilogram dihargai Rp 12-14 juta oleh pengepul yang datang langsung ke rumah Marsel untuk mengambil hasil panen.
Setelah melihat hasil yang menggiurkan itu, Marsel terbesit untuk melebarkan sayap bisnisnya agar menjadi lebih besar lagi. Ia pun mulai mengajukan kredit di Bank BRI. Ia memanfaatkan fasilitas pinjaman KUR kecil dari Bank BRI sebesar Rp 500 juta itu untuk mengembangkan bisnis waletnya.
Kini, Marsel pun sudah memiliki enam kandang yang dibuatnya di dekat tempat tinggal kediaman orang tuanya dan sisanya di pekarangan rumahnya. Namun, ia baru memanen sarang walet dari dua kandang yang sudah bisa ambil secara berkelanjutan.
Sisanya masih dalam tahap lestari (agar semakin banyak walet yang masuk dan buat sarang di rumah tersebut), sama seperti awal-awal membangun rumah walet yang pertama. Butuh waktu selama beberapa bulan agar hasilnya memuaskan.
Marsel mengaku memanen sendiri sarang burung waletnya. Di siang hari, ia masuk ke kandang walet dan mengambil sarang-sarang yang sudah jadi dan siap dipanen.

Sejak remaja, Marsilus atau yang akrab disapa Marsel dididik untuk menjadi pria yang mandiri meskipun berasal dari keluarganya berkecukupan. Hal itu lah yang membuat warga Putussibau, Kalimantan Barat ini terlatih untuk melihat peluang usaha demi meraup keuntungan yang besar.
Sejak dua tahun belakangan, pria yang pernah menjadi guru di Pontianak ini mulai menggeluti budidaya sarang walet. Awal mula terjun ke usaha tersebut adalah dengan memulai coba-coba membuat rumah walet di pekarangan rumah miliknya. Dengan telaten ia mengurus kandang itu sendirian, tanpa bantuan karyawan.
Dari dua kandang yang ia buat, sudah menghasilkan kurang lebih ratusan juta rupiah. Wow, menggiurkan sekali bukan! Ini baru yang dinamakan untung segunung.
Semua proses itu ia pelajari dengan telaten dari sahabatnya yang juga sudah lebih dulu menggeluti usaha sarang burung walet di Putussibau.
Memang modal awalnya untuk membangun kandang juga terbilang lumayan besar, untuk dua kandang yang dibangun dilantai 2 dan 3 atas rumahnya itu memakan biaya kurang lebih Rp 100 juta.
Memang budidaya sarang walet bukanlah bisnis instan, butuh waktu beberapa bulan agar burung walet mau datang dan bersarang di kandang buatan manusia itu.
Dari dua kandang yang dibangun pada saat awal merintis usaha itu, ia sudah bisa meraup keuntungan di bulan keenam lebih dari Rp 100 juta.
Secara gamblang ia menyebut setiap bulan bisa mengumpulkan 7-8 kilogram sarang walet. Setiap kilogram dihargai Rp 12-14 juta oleh pengepul yang datang langsung ke rumah Marsel untuk mengambil hasil panen.
Setelah melihat hasil yang menggiurkan itu, Marsel terbesit untuk melebarkan sayap bisnisnya agar menjadi lebih besar lagi. Ia pun mulai mengajukan kredit di Bank BRI. Ia memanfaatkan fasilitas pinjaman KUR kecil dari Bank BRI sebesar Rp 500 juta itu untuk mengembangkan bisnis waletnya.
Kini, Marsel pun sudah memiliki enam kandang yang dibuatnya di dekat tempat tinggal kediaman orang tuanya dan sisanya di pekarangan rumahnya. Namun, ia baru memanen sarang walet dari dua kandang yang sudah bisa ambil secara berkelanjutan.
Sisanya masih dalam tahap lestari (agar semakin banyak walet yang masuk dan buat sarang di rumah tersebut), sama seperti awal-awal membangun rumah walet yang pertama. Butuh waktu selama beberapa bulan agar hasilnya memuaskan.
Marsel mengaku memanen sendiri sarang burung waletnya. Di siang hari, ia masuk ke kandang walet dan mengambil sarang-sarang yang sudah jadi dan siap dipanen.