Ada Apa Dengan Tempe?

Sejumlah perajin membuat olahan tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Senin (4/1).
Menurut keterangan perajin tempe, pada hari Senin (4/1) mereka kembali produksi olahan tempe setelah sempat mogok beberapa hari karena kenaikan harga kacang kedelai. 
Harga kacang kedelai mengalami kenaikan harga dari Rp.6.500 - Rp. 9.500 per kilogram.
Kenaikan harga tersebut telah dirasakan para perajin tempe sejak satu bulan terakhir. 
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan perkembangan harga komoditas tahu dan tempe. Kedua bahan pangan ini ternyata sudah mengalami kenaikan sejak Desember 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, mengatakan, kedua komoditas olahan dari kacang kedelai itu sudah menyumbang inflasi pada akhir tahun lalu.
Sebagaimana diketahui, lonjakan harga tahu dan tempe terjadi saat ini karena mahalnya impor kedelai dari Amerika Serikat. Penyebabnya, diborong oleh China.
Menurut salah satu perajin tempe, saat ini mereka harus kembali produksi membuat tempe untuk memenuhi kebutuhan ekonomi harian. Salah satu cara para perajin tempe untuk mensiasati harga kacang kedelai yang mahal adalah dengan menaikan harga tempe menjadi Rp. 6.000 - Rp. 7.000 per potong naik seribu rupiah tanpa mengurangi ukuran tempe. 
Saat ini untuk 50 kilogram kacang kedelai dapat membuat sekitar 60-70 kilogram tempe yang nantinya dijual di pasar tradisional.
Para perajin tempe di kawasan Sunter ini kebanyakan adalah warga pendatang dari Pekalongan, dan mereka tinggal di satu tempat dengan bekerja dalam satu tim. Para perajin tempe ini berharap kepada pemerintah untuk memberikan solusi agar harga bahan baku kacang kedelai ini menjadi stabil kembali walaupun termasuk bahan makanan impor.
Sejumlah perajin membuat olahan tempe di kawasan Sunter, Jakarta, Senin (4/1).
Menurut keterangan perajin tempe, pada hari Senin (4/1) mereka kembali produksi olahan tempe setelah sempat mogok beberapa hari karena kenaikan harga kacang kedelai. 
Harga kacang kedelai mengalami kenaikan harga dari Rp.6.500 - Rp. 9.500 per kilogram.
Kenaikan harga tersebut telah dirasakan para perajin tempe sejak satu bulan terakhir. 
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan perkembangan harga komoditas tahu dan tempe. Kedua bahan pangan ini ternyata sudah mengalami kenaikan sejak Desember 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, mengatakan, kedua komoditas olahan dari kacang kedelai itu sudah menyumbang inflasi pada akhir tahun lalu.
Sebagaimana diketahui, lonjakan harga tahu dan tempe terjadi saat ini karena mahalnya impor kedelai dari Amerika Serikat. Penyebabnya, diborong oleh China.
Menurut salah satu perajin tempe, saat ini mereka harus kembali produksi membuat tempe untuk memenuhi kebutuhan ekonomi harian. Salah satu cara para perajin tempe untuk mensiasati harga kacang kedelai yang mahal adalah dengan menaikan harga tempe menjadi Rp. 6.000 - Rp. 7.000 per potong naik seribu rupiah tanpa mengurangi ukuran tempe. 
Saat ini untuk 50 kilogram kacang kedelai dapat membuat sekitar 60-70 kilogram tempe yang nantinya dijual di pasar tradisional.
Para perajin tempe di kawasan Sunter ini kebanyakan adalah warga pendatang dari Pekalongan, dan mereka tinggal di satu tempat dengan bekerja dalam satu tim. Para perajin tempe ini berharap kepada pemerintah untuk memberikan solusi agar harga bahan baku kacang kedelai ini menjadi stabil kembali walaupun termasuk bahan makanan impor.