Desa Ngenep Malang Kembangkan Batik Lewat Kelompok Wanita Tani

Tak terkecuali Desa Ngenep, yang mengembangkan kerajinan batik melalui kelompok wanita tani (KWT).
Dewi Mardiyah (50) salah seorang pelopor kerajinan batik serta pemilik workshop dan galeri batik di Desa Ngenep menyampaikan, Malang memiliki banyak sekali motif batik. Bahkan, Kecamatan Karangploso mengembangkan batik di 9 desanya dengan ikon masing-masing.
Dewi mengungkap bahwa Desa Ngenep sendiri merupakan penghasil pepaya. Ia berkisah, menurut kata para pendahulu, pepaya dikembangkan di desa ini sebab tanaman ini mudah ditanam oleh siapa saja, dan bisa dimakan oleh siapa saja. Tidak ada risiko dari konsumsinya, baik untuk bayi, anak-anak, hingga orang dewasa.
Meski memiliki motif khas, tidak membatasi kreasi para perajin terkait warna batik yang dihasilkan. Namun, lanjutnya, biasanya ibu-ibu KWT akan berkonsultasi terlebih dahulu terkait padu padan warna agar pilihannya bisa tepat sesuai pasar yang akan dituju.
Adapun pewarnaan batik Desa Ngenep beragam macamnya, mulai dari penggunaan pewarna sintetis seperti remasol dan naptop, hingga penggunaan warna alami dari kulit kayu tingi, jolawe, serta mahoni.
Termotivasi dari teman-teman perajin di Batu yang kerap menyelipkan desain apel di setiap batiknya, Dewi mengaku ingin melakukan hal yang sama pada batik dari Desa Ngenep dengan desain pepayanya.
Dewi pun berharap bisa mengembangkan batik Ngenep dengan harga terjangkau agar batik khas desa ini dapat lebih mudah dipasarkan. Sebagai salah satu upaya mengakali tingginya harga dari batik tulis, Dewi mulai mengkreasikan alat cap dari kertas untuk membuat kreasi desain dengan harga lebih murah.
Diketahui, alat cap berbahan dasar tembaga atau kuningan yang umum digunakan memiliki harga mencapai Rp 350.000 per platnya.
Kisah batik tulis dari Desa Ngenep ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, Ikuti terus jelajah UMKM bersama BRI hanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
Tak terkecuali Desa Ngenep, yang mengembangkan kerajinan batik melalui kelompok wanita tani (KWT).
Dewi Mardiyah (50) salah seorang pelopor kerajinan batik serta pemilik workshop dan galeri batik di Desa Ngenep menyampaikan, Malang memiliki banyak sekali motif batik. Bahkan, Kecamatan Karangploso mengembangkan batik di 9 desanya dengan ikon masing-masing.
Dewi mengungkap bahwa Desa Ngenep sendiri merupakan penghasil pepaya. Ia berkisah, menurut kata para pendahulu, pepaya dikembangkan di desa ini sebab tanaman ini mudah ditanam oleh siapa saja, dan bisa dimakan oleh siapa saja. Tidak ada risiko dari konsumsinya, baik untuk bayi, anak-anak, hingga orang dewasa.
Meski memiliki motif khas, tidak membatasi kreasi para perajin terkait warna batik yang dihasilkan. Namun, lanjutnya, biasanya ibu-ibu KWT akan berkonsultasi terlebih dahulu terkait padu padan warna agar pilihannya bisa tepat sesuai pasar yang akan dituju.
Adapun pewarnaan batik Desa Ngenep beragam macamnya, mulai dari penggunaan pewarna sintetis seperti remasol dan naptop, hingga penggunaan warna alami dari kulit kayu tingi, jolawe, serta mahoni.
Termotivasi dari teman-teman perajin di Batu yang kerap menyelipkan desain apel di setiap batiknya, Dewi mengaku ingin melakukan hal yang sama pada batik dari Desa Ngenep dengan desain pepayanya.
Dewi pun berharap bisa mengembangkan batik Ngenep dengan harga terjangkau agar batik khas desa ini dapat lebih mudah dipasarkan. Sebagai salah satu upaya mengakali tingginya harga dari batik tulis, Dewi mulai mengkreasikan alat cap dari kertas untuk membuat kreasi desain dengan harga lebih murah.
Diketahui, alat cap berbahan dasar tembaga atau kuningan yang umum digunakan memiliki harga mencapai Rp 350.000 per platnya.
Kisah batik tulis dari Desa Ngenep ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, Ikuti terus jelajah UMKM bersama BRI hanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.