Sosok Tangguh Pelopor Nelayan Wanita di Demak

Masnuah beraktivitas di kawasan kampung nelayan, Bonang, Demak Jawa Tengah, Selasa (2/3).
Gerakan emansipasi yang dipelopori RA Kartini telah menghasilkan perempuan-perempuan tangguh di segala lini. Hal ini juga yang menjadi inspirasi Masnuah seorang ibu rumah tangga berpendidikan sekolah dasar (SD) menjadi pejuang hak-hak perempuan di kalangan ibu di Kabupaten Demak.
Perempuan berusia 47 tahun ini adalah seorang pendiri Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari, sebuah kelompok yang memiliki misi kemandirian ekonomi perempuan.
Kelompok tersebut ia bentuk bersama 30 perempuan nelayan lainnya pada 2005, sehingga kini sudah 16 tahun ia berjuang memberdayakan perempuan.
Dia mengaku hal itu dilakukan semata-mata agar hak perempuan dapat terpenuhi. Mengingat tradisi patriarki yang amat kental di lingkungan nelayan membuat aktivitas dan posisi perempuan sangat tidak diuntungkan. Hal ini juga ia alami saat kecil ketika tumbuh dari keluarga nelayan di Rembang, Jawa Tengah.
Masnuah menuturkan pada 2007 Puspita Bahari pernah ditinggalkan satu per satu oleh para anggotanya karena adanya stigma negatif dari masyarakat karena dianggap melawan kodrat. Namun, Masnuah tak gentar ia merancang penguatan ekonomi bersama organisasi lain, sehingga tak hanya fokus di gerakan perlawanan diskriminasi.
Lebih jauh pada tahun 2009 Puspita Bahari mulai produksi kerupuk ikan, salah satunya ikan sriding krispi. Pihaknya menyulap ikan yang semula tak laku di pasaran menjadi makanan yang memiliki nilai tambah hingga membantu menggenjot perekonomian masyarakat.
Aktivitas pelaku usaha mikro perempuan tersebut masih bertahan hingga sekarang. Selain itu, dari tahun itu juga ia belajar mengenal hukum lantaran beberapa LBH ikut berkolaborasi dengan Puspita Bahari.
Tercatat, salah satu perjuangan yang berhasil Masnuah dan kelompoknya lakukan adalah memberikan pengakuan pekerjaan nelayan untuk 32 anggotanya pada 2017. Sebelumnya, kolom pekerjaan para nelayan perempuan di KTP tertulis buruh, atau ibu rumah tangga, tapi kini berganti nama menjadi nelayan perempuan.
Setelah identitas nelayan perempuan diakui, pihaknya bersama kelompok Puspita Bahari harus kembali memperjuangkan kartu asuransi nelayan. Diketahui, kini Puspita Bahari memiliki anggota lebih dari 100 orang. Semua anggota tersebut tersebar di tiga desa, yakni Desa Morodemak, Desa Purworejo, dan Margolinduk. Puspita Bahari juga mulai dipercaya menyalurkan bantuan, baik dari pihak swasta maupun bank BUMN salah satunya BRI.
Masnuah beraktivitas di kawasan kampung nelayan, Bonang, Demak Jawa Tengah, Selasa (2/3).
Gerakan emansipasi yang dipelopori RA Kartini telah menghasilkan perempuan-perempuan tangguh di segala lini. Hal ini juga yang menjadi inspirasi Masnuah seorang ibu rumah tangga berpendidikan sekolah dasar (SD) menjadi pejuang hak-hak perempuan di kalangan ibu di Kabupaten Demak.
Perempuan berusia 47 tahun ini adalah seorang pendiri Komunitas Perempuan Nelayan Puspita Bahari, sebuah kelompok yang memiliki misi kemandirian ekonomi perempuan.
Kelompok tersebut ia bentuk bersama 30 perempuan nelayan lainnya pada 2005, sehingga kini sudah 16 tahun ia berjuang memberdayakan perempuan.
Dia mengaku hal itu dilakukan semata-mata agar hak perempuan dapat terpenuhi. Mengingat tradisi patriarki yang amat kental di lingkungan nelayan membuat aktivitas dan posisi perempuan sangat tidak diuntungkan. Hal ini juga ia alami saat kecil ketika tumbuh dari keluarga nelayan di Rembang, Jawa Tengah.
Masnuah menuturkan pada 2007 Puspita Bahari pernah ditinggalkan satu per satu oleh para anggotanya karena adanya stigma negatif dari masyarakat karena dianggap melawan kodrat. Namun, Masnuah tak gentar ia merancang penguatan ekonomi bersama organisasi lain, sehingga tak hanya fokus di gerakan perlawanan diskriminasi.
Lebih jauh pada tahun 2009 Puspita Bahari mulai produksi kerupuk ikan, salah satunya ikan sriding krispi. Pihaknya menyulap ikan yang semula tak laku di pasaran menjadi makanan yang memiliki nilai tambah hingga membantu menggenjot perekonomian masyarakat.
Aktivitas pelaku usaha mikro perempuan tersebut masih bertahan hingga sekarang. Selain itu, dari tahun itu juga ia belajar mengenal hukum lantaran beberapa LBH ikut berkolaborasi dengan Puspita Bahari.
Tercatat, salah satu perjuangan yang berhasil Masnuah dan kelompoknya lakukan adalah memberikan pengakuan pekerjaan nelayan untuk 32 anggotanya pada 2017. Sebelumnya, kolom pekerjaan para nelayan perempuan di KTP tertulis buruh, atau ibu rumah tangga, tapi kini berganti nama menjadi nelayan perempuan.
Setelah identitas nelayan perempuan diakui, pihaknya bersama kelompok Puspita Bahari harus kembali memperjuangkan kartu asuransi nelayan. Diketahui, kini Puspita Bahari memiliki anggota lebih dari 100 orang. Semua anggota tersebut tersebar di tiga desa, yakni Desa Morodemak, Desa Purworejo, dan Margolinduk. Puspita Bahari juga mulai dipercaya menyalurkan bantuan, baik dari pihak swasta maupun bank BUMN salah satunya BRI.