Mantan Tukang Parkir Banting Setir Bisnis Kaligrafi

Perajin kaligrafi, Sakdullah berpose dengan karyanya di kawasan Tembiring Bintaro, Demak, Jawa Tengah.
Mantan tukang parkir itu kini sukses menggeluti usaha kerajinan kaligrafi di Kabupaten Demak.
Dia mengaku sebenarnya tidak ingin menjadi tukang parkir, cuma tuntutan ekonomi hingga tidak adanya ijazah untuk mencari pekerjaan tetap, membuat menjalani pekerjaan itu agar kebutuhan hidup terpenuhi.
Pada 2002, dari keisengannya akhirnya ia mencoba merintis usaha kecil-kecilan kaligrafi.
Sejak 2002 itu ia rajin membuat kaligrafi Bismillah dan Syahadat hingga mendapat pembinaan dari dinas setempat untuk terus menggeluti kerajinan tersebut. 
Setiap ada acara keagamaan di Demak, ia turut hadir menunjukkan hasil kerajinannya. Ia juga pasarkan dekat makam yang jadi ikon wisata religi Demak.
Usahanya pun kini berkembang, ia sudah memiliki tenaga pemasar di berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Jawa Barat, Sumatera, Madura, Bima hingga Kalimantan. 
Setelah berkembang, Sakdullah menambah desain lain dalam usaha kaligrafi ini, seperti gambar Masjid Agung Demak, Madinah, Kabah yang disablonnya hingga berbagai tulisan arab lainnya seperti Ayat Kursi hingga Yasin.
Dalam menggeluti dan meningkatkan usahanya ini ia meminjam permodalan dari bank. Modal puluhan juta ia gunakan untuk membeli berbagai peralatan produksi seperti bingkai, triplek, plastik pewarna, paku, biaya menambah pekerja dan lainnya.
Sebagai informasi, Sakdullah mendapat pinjaman permodalan dari Bank BRI. Kisah dari usaha Kaligrafi Sakdullah ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. 
Perajin kaligrafi, Sakdullah berpose dengan karyanya di kawasan Tembiring Bintaro, Demak, Jawa Tengah.
Mantan tukang parkir itu kini sukses menggeluti usaha kerajinan kaligrafi di Kabupaten Demak.
Dia mengaku sebenarnya tidak ingin menjadi tukang parkir, cuma tuntutan ekonomi hingga tidak adanya ijazah untuk mencari pekerjaan tetap, membuat menjalani pekerjaan itu agar kebutuhan hidup terpenuhi.
Pada 2002, dari keisengannya akhirnya ia mencoba merintis usaha kecil-kecilan kaligrafi.
Sejak 2002 itu ia rajin membuat kaligrafi Bismillah dan Syahadat hingga mendapat pembinaan dari dinas setempat untuk terus menggeluti kerajinan tersebut. 
Setiap ada acara keagamaan di Demak, ia turut hadir menunjukkan hasil kerajinannya. Ia juga pasarkan dekat makam yang jadi ikon wisata religi Demak.
Usahanya pun kini berkembang, ia sudah memiliki tenaga pemasar di berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Jawa Barat, Sumatera, Madura, Bima hingga Kalimantan. 
Setelah berkembang, Sakdullah menambah desain lain dalam usaha kaligrafi ini, seperti gambar Masjid Agung Demak, Madinah, Kabah yang disablonnya hingga berbagai tulisan arab lainnya seperti Ayat Kursi hingga Yasin.
Dalam menggeluti dan meningkatkan usahanya ini ia meminjam permodalan dari bank. Modal puluhan juta ia gunakan untuk membeli berbagai peralatan produksi seperti bingkai, triplek, plastik pewarna, paku, biaya menambah pekerja dan lainnya.
Sebagai informasi, Sakdullah mendapat pinjaman permodalan dari Bank BRI. Kisah dari usaha Kaligrafi Sakdullah ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia.