Tahan Banting! Perajin Batik Masih Eksis di Tengah Pandemi

Salah satunya dirasakan Bayu Permadi, pemilik Sembung Batik. Saat ini Bayu dapat menjual rata-rata 2.000 potong kain batik dalam satu bulan. Jumlah itu naik signifikan dibandingkan saat awal pandemi 2020 lalu.
Bayu mengungkapkan omzetnya saat awal pandemi, tepatnya April-Juli 2020 sempat anjlok hingga 90 persen. Di sisi lain operasional harus tetap jalan untuk memenuhi pesanan yang jumlahnya sedikit. Hal itu membuat Bayu harus merumahkan sekitar 60 persen dari total karyawannya, yang mencapai 20 orang.
Berjalannya waktu kondisi berangsur membaik. Penjualan naik meski belum sebanyak ketika waktu normal. Adapun tren positif itu dirasakan Bayu pada sekitar September 2020 dan berlanjut hingga sekarang.
Hal senada diungkapkan Agus Fathurrohman, pemilik Sinar Abadi Batik (SAB) di Ngentakrejo, Lendah. Penjualan kain batik di tempatnya juga mengalami peningkatan sejak akhir 2020 lalu.
Agus menuturkan kondisi perekonomian SAB sempat oleng. Sebelum wabah corona menerjang, Agus bisa memproduksi sekitar 1.000 lembar kain batik jenis cap dan tulis per bulan. Namun saat pandemi hanya sekitar 400 lembar menyesuaikan permintaan yang menurun. Adapun kain itu dijual dengan kisaran Rp150.000 sampai Rp1 juta.
Akibatnya omzet SAB yang dalam sebulan saat waktu normal bisa mencapai Rp15 juta, sukar tercapai. Beberapa karyawan SAB bahkan terpaksa dirumahkan. Untuk menyambung hidup, UMKM ini sempat beralih memproduksi barang-barang yang lebih laku dijual salah satunya masker batik motif khas Kulon Progo yaitu geblek renteng.
Kini permintaan kain batik di SAB mulai meningkat. SAB juga kembali menerima pesanan kain batik dari berbagai daerah di Indonesia.