Nampan Bambu Asal Kulon Progo Ini Diminati Pasar Belanda

Mujimin bersama beberapa pegawainya membuat nampan berbahan bambu di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Siapa sangka, Nampan berbahan dasar dari bambu itu diminati konsumen dari Belanda.
 
Mujimin mengaku, dalam sebulan ia bisa mengekspor hingga 4.000 nampan ke negeri kincir angin tersebut.
 
Sebelum bisa memasarkan produknya ke Belanda, ada proses panjang yang harus dilalui Mujimin. Semua itu diawali pada Maret 2020 lalu saat awal pandemi. Ketika itu Mujimin yang sempat vakum dari kegiatan produksi karena dilanda pandemi COVID-19 mendapat pesanan dari seorang konsumennya. Isinya mengajak kerjasama untuk ekspor produk ke Belanda.
Sedangkan lem perekat bambu menggunakan lem pasta yang ramah lingkungan. 
Dalam proses pembuatan, Mujimin tidak menggunakan paku, melainkan tusuk sate.
Sementara bahan bambu menggunakan jenis Cendani dan Apus Jawa. Untuk mempercantik motifnya, ia pun mengakalinya dengan membakar sebagai corak yang dibuat dari hasil alami.
 
Mujimin mulai mengekspor produknya pada November 2021. Jumlah yang diekspor pun tak tanggung-tanggung, bisa mencapai 4.000 nampan per bulan.
Seorang pekerja tampak sedang melakukan proses pembuatan nampan. Semua diproduksi dengan hand made.
Mujimin mengatakan, kontrak pesanan selama satu tahun sebanyak 40.000 nampan dengan harga jual Rp 40.000 per buah. Jadi dalam sebulan setidaknya harus bisa membuat dan mengirim 4.000 nampan.
Mujimin bersama beberapa pegawainya membuat nampan berbahan bambu di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Siapa sangka, Nampan berbahan dasar dari bambu itu diminati konsumen dari Belanda. 
Mujimin mengaku, dalam sebulan ia bisa mengekspor hingga 4.000 nampan ke negeri kincir angin tersebut. 
Sebelum bisa memasarkan produknya ke Belanda, ada proses panjang yang harus dilalui Mujimin. Semua itu diawali pada Maret 2020 lalu saat awal pandemi. Ketika itu Mujimin yang sempat vakum dari kegiatan produksi karena dilanda pandemi COVID-19 mendapat pesanan dari seorang konsumennya. Isinya mengajak kerjasama untuk ekspor produk ke Belanda.
Sedangkan lem perekat bambu menggunakan lem pasta yang ramah lingkungan. 
Dalam proses pembuatan, Mujimin tidak menggunakan paku, melainkan tusuk sate.
Sementara bahan bambu menggunakan jenis Cendani dan Apus Jawa. Untuk mempercantik motifnya, ia pun mengakalinya dengan membakar sebagai corak yang dibuat dari hasil alami. 
Mujimin mulai mengekspor produknya pada November 2021. Jumlah yang diekspor pun tak tanggung-tanggung, bisa mencapai 4.000 nampan per bulan.
Seorang pekerja tampak sedang melakukan proses pembuatan nampan. Semua diproduksi dengan hand made.
Mujimin mengatakan, kontrak pesanan selama satu tahun sebanyak 40.000 nampan dengan harga jual Rp 40.000 per buah. Jadi dalam sebulan setidaknya harus bisa membuat dan mengirim 4.000 nampan.