Geliat Pertanian Hidroponik di Pesisir Sumatera Utara

Hidroponik saat ini menjadi pilihan beberapa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran hijau. .Sistem tanam ini juga didukung oleh Kementerian Pertanian sebagai langkah memperkuat ketahanan pangan.
Dilansir dari website Kementerian Pertanian, sistem hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tumbuhnya. Sistem ini lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi nutrisi tanaman tersebut menggunakan ukuran satuan parts per million (ppm) yang diberikan kepada tanaman.
Pemberian tersebut dimulai sejak pindah tanam dari persemaian sampai minggu akhir menjelang panen. Praktik pembudidayaan ini juga sudah ditemui di beberapa tempat, salah satunya adalah masyarakat di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Letaknya yang hanya beberapa kilometer dari laut membuat warga di kawasan harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sayuran, sistem hidroponik pun dipilih sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran, khususnya sayuran hijau. Salah satu pencetus dari sistem hidroponik ini adalah Ketua Kelompok Tani Hidroponik Dewi Kuta, Syaiful Bahri.
 
Syaiful mengatakan selama ini warga di desanya untuk mengonsumsi sayuran kerap membelinya di pasar. Padahal menurutnya, warga desa dapat menanamnya secara hidroponik. Bahkan secara kandungan lebih bagus karena tidak menggunakan pestisida.
 
Dalam praktiknya, Syaiful mengatakan hidroponik yang dimulai pada November 2020 tersebut sempat mengalami kesulitan di awal-awal pembuatan. Namun, karena kemauan dan keinginan mereka untuk mendapatkan sayuran yang lebih bergizi, mereka pun melakukan studi hingga berdiskusi dengan pemda.
 
Dalam pengembangannya, Syaiful menjelaskan dari awal dilakukan penyemaian bibit yang dibuat di tempat yang aman dari hewan sekitar 10 hari. Lalu dilanjutkan dengan proses pemindahan ke media barunya. Kemudian bibit dalam 40 hari akan tumbuh dan sudah bisa dipanen. Selama satu bulan tersebut, hidroponik terus dipantau agar air dan nutrisinya tidak kurang.
 
Hidpronik yang ditanam Syaiful dan kelompoknya ini pun kemudian sukses melakukan panen sebanyak 5 kali sejak November 2020. Hidroponik yang ditanami selada, kangkung dan pakcoi ini sudah mampu panen paling banyak sebanyak 70 kg.
 
Soal harga, Syaiful membanderol sayuran yang dihasilkan oleh hidroponiknya yaitu Rp 24.000/kg untuk selada, Rp 15.000/kg untuk kangkung, dan Rp 10.000/kg untuk pakcoi. Diketahui, pembentukan hidroponik ini juga dibantu oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Dalam hal ini, Inalum melakukan berbagai kegiatan mulai dari pelatihan hingga pengenalan program hidroponik. 
 
Inalum juga membantu memberikan modal untuk membuat instalasi hidroponik yang memiliki 4.000 lubang tanam. detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. Detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang
Hidroponik saat ini menjadi pilihan beberapa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan sayuran hijau. .Sistem tanam ini juga didukung oleh Kementerian Pertanian sebagai langkah memperkuat ketahanan pangan.
Dilansir dari website Kementerian Pertanian, sistem hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tumbuhnya. Sistem ini lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi nutrisi tanaman tersebut menggunakan ukuran satuan parts per million (ppm) yang diberikan kepada tanaman.
Pemberian tersebut dimulai sejak pindah tanam dari persemaian sampai minggu akhir menjelang panen. Praktik pembudidayaan ini juga sudah ditemui di beberapa tempat, salah satunya adalah masyarakat di Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Letaknya yang hanya beberapa kilometer dari laut membuat warga di kawasan harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sayuran, sistem hidroponik pun dipilih sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran, khususnya sayuran hijau. Salah satu pencetus dari sistem hidroponik ini adalah Ketua Kelompok Tani Hidroponik Dewi Kuta, Syaiful Bahri. 
Syaiful mengatakan selama ini warga di desanya untuk mengonsumsi sayuran kerap membelinya di pasar. Padahal menurutnya, warga desa dapat menanamnya secara hidroponik. Bahkan secara kandungan lebih bagus karena tidak menggunakan pestisida. 
Dalam praktiknya, Syaiful mengatakan hidroponik yang dimulai pada November 2020 tersebut sempat mengalami kesulitan di awal-awal pembuatan. Namun, karena kemauan dan keinginan mereka untuk mendapatkan sayuran yang lebih bergizi, mereka pun melakukan studi hingga berdiskusi dengan pemda. 
Dalam pengembangannya, Syaiful menjelaskan dari awal dilakukan penyemaian bibit yang dibuat di tempat yang aman dari hewan sekitar 10 hari. Lalu dilanjutkan dengan proses pemindahan ke media barunya. Kemudian bibit dalam 40 hari akan tumbuh dan sudah bisa dipanen. Selama satu bulan tersebut, hidroponik terus dipantau agar air dan nutrisinya tidak kurang. 
Hidpronik yang ditanam Syaiful dan kelompoknya ini pun kemudian sukses melakukan panen sebanyak 5 kali sejak November 2020. Hidroponik yang ditanami selada, kangkung dan pakcoi ini sudah mampu panen paling banyak sebanyak 70 kg. 
Soal harga, Syaiful membanderol sayuran yang dihasilkan oleh hidroponiknya yaitu Rp 24.000/kg untuk selada, Rp 15.000/kg untuk kangkung, dan Rp 10.000/kg untuk pakcoi. Diketahui, pembentukan hidroponik ini juga dibantu oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Dalam hal ini, Inalum melakukan berbagai kegiatan mulai dari pelatihan hingga pengenalan program hidroponik.  
Inalum juga membantu memberikan modal untuk membuat instalasi hidroponik yang memiliki 4.000 lubang tanam. detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. Detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang