Mengenal si Untung, Sang Pengusaha yang Memanfaatkan Limbah Organik

Dedi Syahputra adalah seorang mantan tukang bersih-bersih di Kantin nalum pada tahun 2005.
Kini beliau telah menjadi seorang pengusaha ternak dan telur bebek dengan memanfaatkkan limbah kantin Inalum sebagai pakan bebek. 
Perlu diketahui limbah kantin Inalum tersebut, beliau jadikan makanan pelet untuk bebek dan menghasilkan pundi Rupiah. 
Awalnya beliau melakukan usaha tersebut  saat keluar dari tempat kerjannya yang lama untuk hidup lebih bebas dan mandiri. 
Bermodalkan Rp. 15 juta rupiah, beliau mampu membeli 200 ekor bebek dengan kandang ukuran 10x10.
Sebelum dibantu Inalum, Dedi harus mengeluarkan 250 kilogram pakan pelet setiap harinya yang harganya Rp. 9.500 per kilogram peletnya. 
Sehingga biaya yang dikeluarkan cukup banyak untuk sekali makan 200 ekor bebek.
Menurut pengakuan beliau, setelah beliau memberikan sisa makanan organik untuk pakan bebek jumlah produksi telur semakin meningkat dari 60 butir menjadi 160 butir perhari. 
Sehingga dari keuntungan yang hanya mencapai Rp. 3 juta perbulan menjadi Rp. 9 juta perbulan.
Hingga saat ini Dedi selalu kebanjiran order permintaan telur bebek di warung tongkrongan kawasan Kuala Tanjung. 
Beliau berpesan agar warga mampu memanfaatkan limbah di sekitar untuk dijadikan nilai yang bermanfaat dan menguntungkan.
Dedi Syahputra adalah seorang mantan tukang bersih-bersih di Kantin nalum pada tahun 2005.
Kini beliau telah menjadi seorang pengusaha ternak dan telur bebek dengan memanfaatkkan limbah kantin Inalum sebagai pakan bebek. 
Perlu diketahui limbah kantin Inalum tersebut, beliau jadikan makanan pelet untuk bebek dan menghasilkan pundi Rupiah. 
Awalnya beliau melakukan usaha tersebut  saat keluar dari tempat kerjannya yang lama untuk hidup lebih bebas dan mandiri. 
Bermodalkan Rp. 15 juta rupiah, beliau mampu membeli 200 ekor bebek dengan kandang ukuran 10x10.
Sebelum dibantu Inalum, Dedi harus mengeluarkan 250 kilogram pakan pelet setiap harinya yang harganya Rp. 9.500 per kilogram peletnya. 
Sehingga biaya yang dikeluarkan cukup banyak untuk sekali makan 200 ekor bebek.
Menurut pengakuan beliau, setelah beliau memberikan sisa makanan organik untuk pakan bebek jumlah produksi telur semakin meningkat dari 60 butir menjadi 160 butir perhari. 
Sehingga dari keuntungan yang hanya mencapai Rp. 3 juta perbulan menjadi Rp. 9 juta perbulan.
Hingga saat ini Dedi selalu kebanjiran order permintaan telur bebek di warung tongkrongan kawasan Kuala Tanjung. 
Beliau berpesan agar warga mampu memanfaatkan limbah di sekitar untuk dijadikan nilai yang bermanfaat dan menguntungkan.