Kongsi dua saudara, Agung Berbudi (Aber) dan Wawan Rahardianto. Aber merupakan karyawan perusahaan multinasional bergengsi yang terdampak perampingan perusahaan. Ia jobless sejak awal 2021. Wawan Rahardianto masih berstatus karyawan di sebuah perusahaan asuransi.
Aber dan Wawan merintis usaha 'Bang Aber' sejak 2 bulan lalu di Sektor 9 Bintaro, Tangerang Selatan. Usaha itu merupakan kedai makanan dengan menu sarapan berupa bubur ayam, nasi goreng dan mi instan.
Meski terbilang baru, keduanya optimis bisa eksis. Aber dan Wawan menargetkan pembukaan 3 gerai hingga akhir tahun. "Kami berharap PPKM berjalan baik, bisa semakin dilonggarkan aturannya," ucap Wawan.
Lenny menekuni bisnis donat rumahan sejak Maret 2020 pada awal-awal pandmei. Saat itu sudah memasuki masa pandemi dengan kompetitor yang tidak sedikit.
Usaha donat rumahan 'Lazy Donut' pun melejit sejak masa pandemi 2020. Penjualan selalu positif hingga menolak sejumlah pesanan karena keterbatasan kapasitas produksi.
Adalah suaminya, Raehandra Hanitiyo yang mendorong dia untuk aktif berjualan di sosial media dengan membuatkan akun instagram @lazydonut13.
Puncak permintaan pada penerapan PPKM darurat awal bulan lalu. Permintaan datang dari sejumlah wilayah di Jabodetabek.
Produksi Lazy Donut masih pada 500 hingga 1.000 donat perhari. "Pernah yang pesan dalam jumlah besar untuk event perusahaan hingga 2.000 donat" ucap Lenny Ibrahim ditemui di rumahnya di kawasan Joglo, Jakarta Barat.
Andika Sukarno atau akrab dikenal dengan panggilan Pak Nano, melukis dengan media tong sampah, di workshopnya di Jl Ciater Baru, Tangerang Selatan.
Dari harga biasa untuk tong ukuran terkecil Rp 75.000- Rp 100.000 menjadi Rp 200.000.
Ia mengatakan, bisnisnya relatif tertolong di masa pandemi karena memanfaatkan jalur pemasaran daring yang serba cepat. Pesanan datang dari daerah Banten, Jakarta, Jawa Barat hingga ke luar Jawa. Dia pun bisa bertahan di masa sulit ini.
Dengan memberikan sedikit sentuhan seni, nilai jual tong sampah naik hingga dua kali lipat.
Pasangan Suami Istri Edly Tahier dan Ria Qorina Lubis. Edly merupakan musisi blues. Sejak pandemi, dia tidak lagi mendapatkan order manggung sehingga tidak mempunyai pendapatan tetap. Ria Qorina karyawan perusahaan IT. Ria berhenti dari tempat kerjanya yang sedang mengalami efisiensi perusahaan akibat masa pandemi. Ria dan Edly mempunyai satu orang anak.
Keduanya membuat usaha tanaman dengan nama Qorina Garden di Kreo, Larangan, Kota Tangerang. Keduanya mencari sumber tanaman hias bermitra dengan petani di Ciapus Bogor.
3 bulan pertama merupakan masa tersulit harus berkompetisi dengan para penjual tanaman yang sudah lama eksis.
Usai setahun mendirikan Qorina Garden, grafik penjualan membaik, seiring dengan naiknya tren bercocok tanam di masa pandemi. Keduanya menyatakan mulai memetik untung.
Permintaan terbanyak untuk tanaman seharga Rp 50.000 hingga Rp 200.000. Edly Tahier menyatakan nilai tertinggi sebuah tanaman yang sempat terjual mencapai Rp 4 juta.