Petani Singkong di Lampung Ini Raup Cuan Rp 150 Juta Lho Per Tahun

Seperti Muhammad Munadi, warga Sido Mulyo yang telah bertani sejak kecil. Munadi mengatakan dari kecil hingga beranjak dewasa ia sudah mantap menekuni profesi tersebut sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan itulah yang hingga kini bisa menghidupi istri dan anaknya.
Kini, Munadi memiliki lahan seluas 2,5 hektare yang seluruhnya ditanami singkong. Kepada detikcom dia mengungkapkan para petani singkong di Kampung Fajar Bulan, termasuk dirinya, memasok singkong untuk bahan baku tapioka ke pabrik-pabrik yang ada di Lampung Tengah.
Munadi menjelaskan ia menanam jenis singkong thailand yang memang diperuntukkan sebagai bahan baku tapioka. Adapun usia tanam singkong berkisar 7-8 bulan.
Ia menjabarkan, dari setiap satu hektare lahan bisa dihasilkan 32 ton singkong. Munadi memilih menanam singkong secara bergilir di lahan seluas 2,5 hektare miliknya, sehingga bisa mendapatkan panen setiap 3 bulan sekali.
Munadi menuturkan penghasilan dari panen singkong tak menentu. Sebab, harga singkong sangat dinamis dan fluktuatif. Tahun ini misalnya, harga singkong merosot hanya sekitar Rp 800 dari sebelumnya Rp 1300-1400 per kilogram. Penurunan harga tersebut membuat petani sepertinya kewalahan.
Pria berusia 32 tahun ini menguraikan jika harga singkong berada di kisaran Rp 1300-1400, dalam setahun ia bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 80-100 juta. Bahkan, ia bercerita saat harga singkong di atas angin, mencapai Rp 1800, ia bisa memperoleh omzet hingga Rp 150 juta dalam setahun.
Untuk menyiasati jika harga singkong rendah, Munadi menjalankan usaha lain, yakni bengkel motor serta menjadi agen BRILink. Dari gerai BRILink, ia bisa menghasilkan Rp 5-6 juta yang disebutnya bisa mencukupi kebutuhan makan dan susu anak.
Munadi yang menjadi Ketua Gapoktan Fajar Bulan sejak tahun 2020 ini mengatakan, dengan usaha agen BRILink ini dirinya juga bisa membantu sesama warga di daerahnya. Sebab, kini agen BRILink dapat melayani pengajuan kredit ultra mikro.
Seperti Muhammad Munadi, warga Sido Mulyo yang telah bertani sejak kecil. Munadi mengatakan dari kecil hingga beranjak dewasa ia sudah mantap menekuni profesi tersebut sebagai mata pencaharian utama. Pekerjaan itulah yang hingga kini bisa menghidupi istri dan anaknya.
Kini, Munadi memiliki lahan seluas 2,5 hektare yang seluruhnya ditanami singkong. Kepada detikcom dia mengungkapkan para petani singkong di Kampung Fajar Bulan, termasuk dirinya, memasok singkong untuk bahan baku tapioka ke pabrik-pabrik yang ada di Lampung Tengah.
Munadi menjelaskan ia menanam jenis singkong thailand yang memang diperuntukkan sebagai bahan baku tapioka. Adapun usia tanam singkong berkisar 7-8 bulan.
Ia menjabarkan, dari setiap satu hektare lahan bisa dihasilkan 32 ton singkong. Munadi memilih menanam singkong secara bergilir di lahan seluas 2,5 hektare miliknya, sehingga bisa mendapatkan panen setiap 3 bulan sekali.
Munadi menuturkan penghasilan dari panen singkong tak menentu. Sebab, harga singkong sangat dinamis dan fluktuatif. Tahun ini misalnya, harga singkong merosot hanya sekitar Rp 800 dari sebelumnya Rp 1300-1400 per kilogram. Penurunan harga tersebut membuat petani sepertinya kewalahan.
Pria berusia 32 tahun ini menguraikan jika harga singkong berada di kisaran Rp 1300-1400, dalam setahun ia bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 80-100 juta. Bahkan, ia bercerita saat harga singkong di atas angin, mencapai Rp 1800, ia bisa memperoleh omzet hingga Rp 150 juta dalam setahun.
Untuk menyiasati jika harga singkong rendah, Munadi menjalankan usaha lain, yakni bengkel motor serta menjadi agen BRILink. Dari gerai BRILink, ia bisa menghasilkan Rp 5-6 juta yang disebutnya bisa mencukupi kebutuhan makan dan susu anak.
Munadi yang menjadi Ketua Gapoktan Fajar Bulan sejak tahun 2020 ini mengatakan, dengan usaha agen BRILink ini dirinya juga bisa membantu sesama warga di daerahnya. Sebab, kini agen BRILink dapat melayani pengajuan kredit ultra mikro.