Mengintip Peluang Bisnis Bagi Para Perokok lewat Tingwe

Dewi Marlina (47) memperagakan cara membuat tembakau (linting dewe) tingwe di Citayam, Kab Bogor, Rabu (29/9/2021).

Meski baru genap satu tahun berkecimpung di dunia tembakau rokok kini ia sudah memiliki omset hingga puluhan juta rupiah.

Tren rokok tingwe kini mulai ramai digandrungi mulai dari orang tua hingga anak muda mulai beralih ke rokok ini.

Berbagai alasan seperti harga lebih murah hingga tren kekinian membuat penjualan tembakau tingwe naik daun. Ada yang meramu agar aroma dan rasanya seperti rokok favoritnya, ada pula yang ingin original.

Diketahui Pemerintah terus mengkaji kenaikan tarif cukai rokok yang mengakibatkan naiknya harga rokok, sehingga para perokok mulai mencari jalan lain seperti tingwe.

Dicontohkan Dewi, harga rokok yang biasa 20 ribu rupiah isi 10 batang dapat diadu dengan harga rokok tingwe. Dengan harga 10 ribu rupiah dapat diracik hingga 25 batang.

Harga murah itu didapat karena para penjual membeli tembakau langsung kepada petani tembakau dengan harga cukai yang lebih murah, terbukti dalam satu minggu Dewi mampu menjual hingga 10 kilogram tembakau.

Kiosnya juga dikenal sebagai penjual tingwe pertama di Citayam, dulu ia hanya memiliki modal 500 ribu rupiah kini asetnya sudah mencapai 35 juta rupiah.

Para pembelinya pun berasal dari berbagai wilayah, bahkan warga Jakarta juga mendatangi kiosnya untuk berbelanja tembakau. Diketahui kios ini melayani tembakau dengan varian rasa.

Tembakau unggulan seperti Mole asal Sumedang-Cianjur, Samsoe dari Magelang, Srintil dari Temanggung hingga Tembakau Gayo asal Aceh. Ada pula rokok-rokok lokal asli daerah-daerah di Indonesia. Bungkus rokok yang dijual pada umumnya bergambar seram juga menjadi alasan warga untuk berpindah ke rokok tingwe, kegiatan melinting rokok kini tengah menjadi tren baru.  

Dewi Marlina (47) memperagakan cara membuat tembakau (linting dewe) tingwe di Citayam, Kab Bogor, Rabu (29/9/2021).
Meski baru genap satu tahun berkecimpung di dunia tembakau rokok kini ia sudah memiliki omset hingga puluhan juta rupiah.
Tren rokok tingwe kini mulai ramai digandrungi mulai dari orang tua hingga anak muda mulai beralih ke rokok ini.
Berbagai alasan seperti harga lebih murah hingga tren kekinian membuat penjualan tembakau tingwe naik daun. Ada yang meramu agar aroma dan rasanya seperti rokok favoritnya, ada pula yang ingin original.
Diketahui Pemerintah terus mengkaji kenaikan tarif cukai rokok yang mengakibatkan naiknya harga rokok, sehingga para perokok mulai mencari jalan lain seperti tingwe.
Dicontohkan Dewi, harga rokok yang biasa 20 ribu rupiah isi 10 batang dapat diadu dengan harga rokok tingwe. Dengan harga 10 ribu rupiah dapat diracik hingga 25 batang.
Harga murah itu didapat karena para penjual membeli tembakau langsung kepada petani tembakau dengan harga cukai yang lebih murah, terbukti dalam satu minggu Dewi mampu menjual hingga 10 kilogram tembakau.
Kiosnya juga dikenal sebagai penjual tingwe pertama di Citayam, dulu ia hanya memiliki modal 500 ribu rupiah kini asetnya sudah mencapai 35 juta rupiah.
Para pembelinya pun berasal dari berbagai wilayah, bahkan warga Jakarta juga mendatangi kiosnya untuk berbelanja tembakau. Diketahui kios ini melayani tembakau dengan varian rasa.
Tembakau unggulan seperti Mole asal Sumedang-Cianjur, Samsoe dari Magelang, Srintil dari Temanggung hingga Tembakau Gayo asal Aceh. Ada pula rokok-rokok lokal asli daerah-daerah di Indonesia. Bungkus rokok yang dijual pada umumnya bergambar seram juga menjadi alasan warga untuk berpindah ke rokok tingwe, kegiatan melinting rokok kini tengah menjadi tren baru.