Rezeki Nomplok Peternak Kelinci di Bukit Menoreh Saat Pandemi

Salah satunya dirasakan oleh Suryadi (46) peternak kelinci asal Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo. Di saat usaha lain terpuruk, bisnis ini justru terus menggeliat dan bahkan dapat menghasilkan omzet hingga belasan juta rupiah per bulan.
Ia mengatakan pada saat awal pandemi, banyak orang dari berbagai daerah datang ke peternakannya untuk membeli kelinci. Bahkan, karena saking banyaknya ia sampai kewalahan melayani para pembeli tersebut. 
Banyaknya pembeli yang datang itu membuat omzet usaha ini meningkat cukup tajam. Suryadi mengungkapkan untuk saat ini ia bisa meraup omzet antara Rp6-12 juta per bulan.
Namun omzet Itu baru untuk penjualan kelinci lokal pedaging, yang rata-rata harganya berkisar Rp700.000 - Rp800.000 pe ekor. Sedangkan untuk kelinci hias impor seperti jenis Flamish Giant  dan Rex bisa mencapai Rp 2 juta per ekor. Ini baru untuk harga bagi kelinci berumur 3 bulan. Bila usianya lebih dari setahun harganya bisa makin mahal dan dapat menyentuh angka Rp4-6 Juta. 
Suryadi sendiri sudah 15 tahun menggeluti usaha peternakan kelinci. Usaha yang berawal dari sekedar hobi ini terus berkembang. Dari yang awalnya hanya menyediakan kelinci lokal, sekarang dapat ditemui pelbagai kelinci hias impor dengan harga jutaan rupiah. Jenisnya antara lain New Zealand White, Flemish Giant, Rex, Califfornian, Hyla dan Hycoll. 
Adapun para konsumen membeli kelinci di peternakan Suryadi untuk pelbagai keperluan. Ada yang membeli untuk diambil dagingnya, adapula yang sengaja meminang untuk dijadikan hewan peliharaan. 
 
Suryadi mengatakan untuk perawatan baik kelinci pedaging maupun hias tak ada bedanya. Yang terpenting kandang kelinci harus selalu dalam kondisi bersih. Selain itu jangan lupa memberikan asupan vitamin dan pakan sesuai kebutuhan hewan menggemaskan tersebut. 
Salah satunya dirasakan oleh Suryadi (46) peternak kelinci asal Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo. Di saat usaha lain terpuruk, bisnis ini justru terus menggeliat dan bahkan dapat menghasilkan omzet hingga belasan juta rupiah per bulan.
Ia mengatakan pada saat awal pandemi, banyak orang dari berbagai daerah datang ke peternakannya untuk membeli kelinci. Bahkan, karena saking banyaknya ia sampai kewalahan melayani para pembeli tersebut. 
Banyaknya pembeli yang datang itu membuat omzet usaha ini meningkat cukup tajam. Suryadi mengungkapkan untuk saat ini ia bisa meraup omzet antara Rp6-12 juta per bulan.
Namun omzet Itu baru untuk penjualan kelinci lokal pedaging, yang rata-rata harganya berkisar Rp700.000 - Rp800.000 pe ekor. Sedangkan untuk kelinci hias impor seperti jenis Flamish Giant  dan Rex bisa mencapai Rp 2 juta per ekor. Ini baru untuk harga bagi kelinci berumur 3 bulan. Bila usianya lebih dari setahun harganya bisa makin mahal dan dapat menyentuh angka Rp4-6 Juta. 
Suryadi sendiri sudah 15 tahun menggeluti usaha peternakan kelinci. Usaha yang berawal dari sekedar hobi ini terus berkembang. Dari yang awalnya hanya menyediakan kelinci lokal, sekarang dapat ditemui pelbagai kelinci hias impor dengan harga jutaan rupiah. Jenisnya antara lain New Zealand White, Flemish Giant, Rex, Califfornian, Hyla dan Hycoll. 
Adapun para konsumen membeli kelinci di peternakan Suryadi untuk pelbagai keperluan. Ada yang membeli untuk diambil dagingnya, adapula yang sengaja meminang untuk dijadikan hewan peliharaan.  
Suryadi mengatakan untuk perawatan baik kelinci pedaging maupun hias tak ada bedanya. Yang terpenting kandang kelinci harus selalu dalam kondisi bersih. Selain itu jangan lupa memberikan asupan vitamin dan pakan sesuai kebutuhan hewan menggemaskan tersebut.