Mendulang Uang dari Ternak Mutiara Alami di Lombok

Perairan Teluk Nara dan Laut Sekotong di Lombok, Nusa Tenggara Barat, kaya akan mutiara putih Laut Selatan, dan merupakan penghasil terbesar di Indonesia. Jenis kerang yang banyak dibudidayakan di pulau ini adalah spesies Pinctada maxima atau biasa dikenal sebagai ratu mutiara, Senin, (21/3/2022).
Proses pemeliharaan dimulai sejak larva kerang yang masih dipelihara di dalam tanki. Proses ini dilakukan dengan sangat hati-hati. Memproduksi mutiara adalah proses alami yang panjang dan ramah lingkungan. Indonesia mengekspor lebih dari enam ton mutiara pada tahun 2020.
Seorang pekerja menyiapkan tiram di panel jaring pelindung sebelum menempatkannya ke laut setelah proses pemeliharaan.
Setelah berumur tiga minggu larva dipindah ke tangki lain dan baru siap dipelihara di air laut setelah 40 hari. Kerang berumur dua tahun baru siap menjalani insesrsi atau pemasangan inti nukleus (bibit mutiara).
Seorang teknisi mutiara menyiapkan jaringan mantel dari tiram donor selama proses nukleasi.
Sebulan sekali cangkang mutiara dibersihkan di atas bagang yang mengapung di pesisir pantai. Selain keindahannya, proses panjang ini yang membuat mutiara air laut mahal.
Pekerja membersihkan puing-puing dari tiram Pinctada maxima di peternakan mutiara Autore di desa Malaka, Teluk Nara.
Seorang pekerja menyiapkan plankton selama proses penetasan tiram di peternakan mutiara Autore di desa Malaka, Teluk Nara.
Seorang teknisi mutiara memanen mutiara Laut Selatan dari tiram Pinctada maxima berusia empat tahun di peternakan mutiara Autore di desa Malaka, Teluk Nara. Fase budidaya mulai dari pembibitan sampai bisa dipanen pertama kali membutuhkan waktu hingga empat tahun. Dalam satu kerang mutiara, biasanya hanya terdapat 1-2 butir mutiara.
Cincin mutiara putih Laut Selatan dipajang di showroom mutiara Autore.
Mutiara putih Laut Selatan ditampilkan di showroom mutiara Autore di desa Malaka, Teluk Nara.